Disusun oleh
Septian Julifar Syamsul Huda
April 2004
I. Sistem
Pengolahan Air.
1.1 Umum
Dalam perencanaan sistem penyediaan air minum, pengolahan
air merupakan bagian terpenting.
Tujuan pokok dalam sistem
pengolahan air adalah untuk mendapatkan air yang memenuhi standar kualitas air
minum, karena sumber air umumnya mengalami fluktuasi dan mengalami perubahan
kuantitas, maka diperlukan skill dan kewaspadaan dalam pengawasan dan operasi
sistem.
Secara umum pengolahan air dapat
dikemukakan seperti pada tabel 6.3.
Tabel : Proses Pengolahan air
Pengotoran
|
Proses yang dugunakan
|
Bahan terapung
|
Penyaringan kasar
|
Bahan tersuspensi
|
Prasedimentasi
|
Bahan tersuspensi halus
|
Sedimentasi dengan koagulasi
|
Mikroorganisma dan bahan koloid
|
Filtrasi
|
Gas terlarut, rasa dan bau
|
Aerasi dan pengolahan kimiawi
|
Bakteri patogen
|
Desinfeksi
|
Sumber :
1.2 Standar
Kualitas Air Minum
Dalam sistem penyediaan air minum, dikenal beberapa
standar kualitas air minum, antara lain :
-
Standar I.C.M.R (Incian Council of Medikal Research)
-
Standar W.H.O (work Headtn Organisation)
-
Standar U.S.P.H.S (United States Public Health
Sociecy)
-
Standar A.W.W.A (Amirican Warer Work Association)
-
Standar Kualitas Air Minum Departemen Kesehatan RI.
Tabel : Standar Kualitas Air Minum Departemen Kesehatan RI
Parameter
|
Minimum yang
dibolehkan
|
Maksimum yang di
anjurkan
|
Maksimum yang di
bolehkan
|
|
Warna (Unit Pt-Co)
|
|
-
|
5
|
50
|
Bau
|
|
-
|
Tak ada
|
-
|
Rasa
|
|
-
|
Tak ada
|
-
|
Kekeruhan (SiO2)
|
mg/1
|
-
|
5
|
45
|
pH
|
|
6,5
|
-
|
9,2
|
Total solid
|
mg/1
|
-
|
500
|
1500
|
Zat Organik (MnO4)
|
mg/1
|
-
|
-
|
1
|
CO2 agresif
|
mg/1
|
-
|
-
|
0
|
Kesadahan Total OG
|
|
5
|
-
|
10
|
Ca
|
mg/1
|
-
|
75
|
200
|
Mg
|
mg/1
|
-
|
30
|
150
|
Fe
|
mg/1
|
-
|
0,1
|
1,0
|
Mn
|
mg/1
|
-
|
0,05
|
0,5
|
SO4
|
mg/1
|
-
|
200
|
400
|
H2S
|
mg/1
|
-
|
-
|
0
|
F
|
mg/1
|
1
|
-
|
2
|
C1
|
mg/1
|
-
|
200
|
600
|
NH4
|
mg/1
|
-
|
-
|
0
|
Nitrat
|
mg/1
|
-
|
-
|
20
|
Nitrit
|
mg/1
|
-
|
-
|
0
|
Sumber: Standar Kualitas Air
Minum Departemen Kesehatan RI
Berhukmas No.
01/I/1775
1.3 Proses
Pengolahan
Proses pengolahan dimaksudkan
adalah untuk mengolah air baku dari sumber air menjadi air yang dapat digunakan
sebagai air minum yang aman dan sehat sesuai dengan syarat kualitas air minum
berdasarkan standar kualitas air minum
Departemen Kesehatan RI
Oleh sebab itu maka proses pengolahan yang perlu dilakukan
sangat bergantung pada kuantitas air baku
yang digunakan
Tabel : Kuantitas Air Baku dan Standar Kualitas
Air Minum
Parameter
|
Kualitas Air
|
Standar
Air Minum
|
||
I
|
II
|
|||
Warna (Unit Pt-Co)
|
|
20 koloid
|
35 koloid
|
< 5-50
|
Daya hantar listrik
|
(mhos/cM)
|
29
|
56
|
-
|
Kekeruhan (SiO2)
|
mg/1
|
71,4
|
23
|
< 5-25
|
pH
|
|
6,7
|
6,8
|
6,5-9,2
|
Zat Organik (MnO4)
|
mg/1
|
22,97
|
8,97
|
< 1
|
CO2 agresif
|
mg/1
|
2,52
|
3
|
0
|
Kesadahan Total OG
|
|
0,96
|
1,88
|
5-10
|
Ca
|
mg/1
|
4,64
|
6,28
|
< 75-200
|
Mg
|
mg/1
|
1,33
|
4,3
|
< 30-150
|
Fe
|
mg/1
|
2,00
|
1,40
|
< 0,1-1,0
|
Mn
|
mg/1
|
0,00
|
0,00
|
< 0,05-0,5
|
SO4
|
mg/1
|
18,4
|
11,0
|
< 200-400
|
NH4
|
mg/1
|
0,15
|
0,35
|
0
|
Nitrat
|
mg/1
|
1,35
|
2,15
|
< 20
|
Nitrit
|
mg/1
|
0
|
0.01
|
0
|
Sumber : Laboratprium jurusan
Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Bandung,
Desember 1988
Standar
Kualitas Air minum DepKes RI , Birhukmas No. 01/1/1975
Darihasil analisa kualitas air baku air sungai Cileuer menunjukkan bahwa beberapa
parameter kualitas air baku
tersebut belum memenuhi standar kualitas air minum. Parameter tersebut adalah :
warna, kekeruhan, besi, zat organik, CO2 agresif, HCO-3,
suspended solids.
Untuk itu diperlukan pengolahan, yaitu :
1.
Warna
Pada umumnya air permukaan
mempunyai warna yang melebihi satndar air minum. Penyebab warna dalam air
adalah adanya kontak antara air dengan zar organik dan sering kali disebabkan
oleh adanya kandungan besi (Fe)
Pada dasarnya warna dibedakan
dalam 2 jenis penyebab, yaitu :
-
Warna semu (apparent colour)
warna yang disebabkan oleh
unsur tersuspensi
-
Warna sejati (True Colour)
warna yang diakibatkan zar organik, zat koloidal.
2.
Kekeruhan
Kekeruhan air disebabkan oleh
unsur tersuspensi terutama yang koloidal. Penurunan kekeruhan ini diperlukan
karena :
-
Segi erstetika
-
Desinfeksi, karena kekeruhan sering kali disebabkan
dengan adanya organisme, maka dalam pengolahan diperlukan desinfeksi.
3.
Besi (Fe)
Untuk menurunkan kadar Fe dalam
air dapat dilakukan dengan metoda ion exchanger atau dengan oksidasi/koagulasi
yang kemudian diikuti dengan sedimentasi dan filtrasi.
4.
CO2 agresif
Karbon dioksida berlebih yang
terdapat dalam air perlu dihilangkan karena dapat bersifat agresif, yaitu :
-
Korosif terdapat peralatan logam
-
Merusak bangunan beton dan lapisan semen pada pipa
-
Korosif terhadap peralatan plambing
Karbon dioksida dapat
diturunkan dengan aerasi atau pembubuhan kapur. Keagresifan air terhadap
karbonat dapat dilihat melalui Indeks Lengeliernya (LI), yaitu :
Jika LI < 0, air bersifat agresif
LI = 0, air bersifat stabil
LI > 0, air jenuh CaCO3
Dimana LI – Indeks Langelier
5.
Zat Organik
Zat organik yang trerdapat
dalam air umumnya disebabkan oleh kontaminasi yang berasal dari tumbuh-tumbuhan
dan vegetasi lainnya.
Adanya zat organik dalam air
dapat menyebabkan kekeruhan danwarna yang stabil selain itu juga berpengaruh
pada proses penurunan besi. Zat organik dapat dihilangkan melalui proses
oksidasi dengan pembubuhan zat kimia seperti : kaporit, kalium permanganat.
II.
Unit Pengolahan Air Minum
2.1 Koagulasi
Partikel dengan ukuran butir sangat keciltidak dapat
diendapkan dalam unit sedimentasi. Partikel dengan diameter 0,06 mm membutuhkan
waktu 10 jam untuk mengendap dalam bak sedimentasiyang mempunyai kedalaman 3
meter, dan partikel yang berdiameter 0,002 mm membutuhkan waktu mengendap
selama 4 hari. Detention time selama ini tidak bisa dipraktekan dalam perencanaan.
Selain partikel-partikel yang halus, didalam air juga terdapat koloid-koloid
yang bermuatan listrik yang selalu bergerak-gerak serta tidak dapat diendapkan
secara gravitasi.
Oleh sebab itu digunakan suatu
proses yang dapat mempermudah partikel-partikel halus/koloidal tersebut
mengendap, yaitu Koagulasi
Proses
Suatu zat kimia
tertentu yang disebut koagulan tidak dapat larut didalam air, bahkan dapat
membentuk flok-flok presipitat. Presipitat-presipitat terbentuk dapat
menyerap/mengikat suspensi halus dan koloid-koloid yang terdapat dalam air,
proses ini dapat berjalan dalam waktu yang relatif cepat. Proses
koagulasi ini dapat menurunkan derajad “warna”, “bau” dan “rasa”. Partikel-partikel suspensi maupun koloidal-koloidal yang telah berbentuk
flok hasil proses koagulasi dapat dipisahkan dari air melalui proses
sedimentasi (pengendapan)
Koagulan
1. Alumunium Sulfat.
Rumus Kimia : A12 (SO4)3.
18 H2O
Alumunium Sulfat atau “Alum”,
mudah didapat dipasaran bebas.
Alum
berwarna abu-abu kotor berbentuk padat dengan kadar kurang lebih 17 % alumunium
sulfat. Alum adalah koagulan yang sering di gunakan dalam proses pengolahan air
minum. Alum didalam air dapat bereaksi dengan garam. Jika didalam air tidak
terdapat garam-garam alum, maka diperlukan penambahan kapur sehingga dapatlah
terjadi reaksi alum. Koagulasi dengan alum berjalan dengan baik pada pH
antara 6,5 – 8,5
2. Natrium
Sulfat.
Rumus kimia : Na2A12O4
Koagulan ini harganya mahal, oleh sebabitu tidak
umum digunakan. Disamping sebagai koagulan, natrium aluminat ini dapat
menghilangkan korosifitas air.
3. Koagulan
Besi
Umumnya yang
digunakan dalam proses koagulasi adalah garam ferri FeC13, Fe2(SO4)3
atau campuran dari kedua garam tersebut.
Ferri
merupakan koagulan oksidator yang sangat baik, yang juga dapat menghilangkan
gas H2S, rasa dan bau. Umumnya koagulan ini digunakan dalam
pengolahan air buangan
Dosis Koagulan
Dosis koagulan yang diperlukan untuk pengolahan air,
tergantung dari :
-
Jenis Koagulan
-
Kekeruhan air
-
Warna air
-
pH air
-
Temperatur
-
Waktu pencampuran
Tabel : dosis koagulan
Koagulan
|
pH optimum
|
Dosis mg/1
|
Alumunium sulfat
|
5,5 – 8,0
|
5,15 – 8,5
|
Ferri sulfat
|
-
|
3,4 – 34
|
Ferri klorida
|
5,5 – 11
|
8,5 – 51
|
Ferro sulfat
|
5,5 – 11
|
8,5 – 51
|
|
8,5 – 11
|
5,1 – 51
|
Penentuan dosis optimum umumnya dilakukan dengan percobaan
“Jar Test”.
Didalam sistem pengolahan air, jar test dilakukan secara
berkala atau bila kualitas air baku berubah,
sehingga dapat ditentukan dosis optimum dari pengolahan air baku .
Pencampuran
Sesudah pembubuhan koagulan dulakukan, maka operasi
berikutnya adalah mencampur/mengaduk koagulan tersebut dalam air baku secara merata.
Pengadukan (koagulan) dilakukan
secara cepat selama kurang lebih satu menit yang diikuti dengan pengadukan
secara lambat, kurang lebih 30 – 60 menit, yang dihentikan dengan proses
flokulasi. Tipe bak koagulasi adalah :
a.
Pengaduk Mekanis
Didalam
mencampurkan koagulan dengan air, alat ini menggunakan padel yang digerakkan
oleh motor penggerak
b.
Deflektor Plate Mixer
Alat ini bekerja dengan menggunakan/memanfaatkan
pancaran air yang keluar dari deflaktor.
Air masuk melaluianlat, kemudian dipancarkan
olehdeflaktor dimana didekat deflaktor dibubuhkan koagulan dengan demikian
pencampuran dapat berlangsung.
Reaksi –
reaksi kimia pada koagulasi :
- A12(SO4)3. 18H2O +
6HCO-3 ® 2A1(OH)3 ¹
6CO2 + 18H2O + 3SO-4
- A12(SO4)3. 18H2O +
OH- ®
2A1(OH)3 + 18H2O + 3SO-4
- Untuk kondisi pH > 8,0
A12(OH)3 + OH-
®
A10-2 + 2H2O
- Untuk kondisi pH > 6,5
A1(OH)3 + 3H+ ® A13+
+ 2H2O
2.2 Flokulasi
Sesudah koagulan tercampur dalam air, maka operasi berikutnya
adalah flokulasi. Flokulator berjalan dengan kecepatan lambat dengan maksud
supaya terjadi pembentukan flok.
Kecepatan air dalam bak pengaduk
dijaga pada harga 15 – 30 cm/detik, hal ini dimaksudkan untuk menjaga agar
supaya tidak terjadi pengendapan ataupun tidak terjadi kerusakan flok-flok yang
telah terbentuk pada bak pengaduk. Tipe flokulasi adalah :
1.
Pengaduk mekanis
2.
bak tersekat (Baffle Type Basins)
dalam bak
pengaduk ini, air mengalir berubah-ubah arah. Vertikal ke atas ke bawah atau horisontal, ke kanan ke kiri melewati
bafel-bafel. Bafel-bafel diletakkan pada jarak antara 60 – 100 cm dengan
kecepatan aliran air direncanakan dapat melaluinya pada harga antara 15 – 30
cm/detik. Periode detensi diambil antara 20 – 50 menit.
Pemisahan Flok
Dalam operasi
flok yang telah terbentuk dalam unit flokulasi dapat diendapkan pada operasi
berikutnya, yaitu pada bak penendap.
Pada jaman sekarang ini umumnya
unit=unit koagulator, flokulator dan sedimentasi dikombinasikan dalam satu
unit, yang disebut accesalator.
2.3 Bak
Pengendap (Sedimentasi)
Partikel yang
mempunyai berat jenis yang lebih besar daripada berat jenis air akan dapat
mengendap secara grafitasi. Partikel yang tidak berubah ukuran, bentuk dan
besarnya selama proses pengendapan didalam zar cair, yang disebur partikel
diskrit (discrete particle), akan mengendap yang diakibatkan karena mendapat
gaya percepatan sampai gaya gesek yang dialaminya sama dengan kecepatan yang
konstan (tetap), kecepatan yang konstan ini dikenal dengan kecepatan
pengendapan (settling velecity)
Gaya dorong (impelling velocyti) pada kecepatan mengendap adalah sama
dengan berat efektif dari partikel dalam cairan.
Fi = (rs - r). g.v……………………… (1)
Dimana, F1 = impelling
force (gaya
dorong)
rs =
masa jenis partikel
r =
masa jenis fluida
g = percepatan gravitasi
v = volume partikel = 1/6 p d3
Hukum Newton menuliskan hubungan gaya gesekan (frictional) resistance atau
drag sebagai berikut :
Fd = Cd.A.r / (2.v2)………………… (2)
Dimana, Fd = gaya gesekan (drag force)
Cd = Koofisien gesekan
A = luas penampang partikel = ¼.p.d2
d = diameter partikel
v = kecepatan mengendap partikel
dari persamaan (1) dan (2) didapat
v = ( ¾ . 8 . (rs-r).D) ½ …………… (3)
Cd r
Koefisien Reynold (Reynold
Number)
R = r.v.d …………………. (4)
v
Dimana, R = Reynold
Number
= viskositas absolut cairan
Hukum stokes
Fd = 3.p.v.v.d……………….. (5)
Dari persamaan (2) dan (5)
didapat
Cp = 24
. v .
r.v.d
dan dengan memasukan persamaan
(4) didapat
Cd = 24.
R
Maka persamaan umum untuk
kecepatan mengendap partikel, adalah
V = 1/18 . 8/v . (rs - r).d2
Dimana, V = kecepatan
mengendap, cm/det
8 = percepatan grafitasi,
cm2/det
V = Vikositas absolut cairan,
cm2/det
rs = masa
jenis partikel,
r = masa jenis air,
d = diameter partikel, cm
Tabel 6.7 : Harga Viskositas Air
Temperatur oC
|
0
|
5
|
10
|
15
|
20
|
Viskositas (centistokes)
|
1,79
|
1,52
|
1,31
|
1,15
|
1,01
|
1 centistokes = 10-2
cm2/det
Disain Bak Sedimentasi
Dalam perencanaan bak sedimentasi
didasari oleh beberapa asumsi, yaitu
-
air yang berada dalam zone sedimentasi adalah tenang
tanpa terjadi pada zone penegendapan.
-
Aliran air adalah steady (lunak) dan semua partikel
didistribusikan secara merata pada penampang bak secara tegak lurus.
-
Partikel mengendap pada zone lumpur
Pada bak sedimentasi ii dikenal beberapa zone, yaitu :
Zone Inlet
Zone inlet didesain sedemikian rupa sehingga air baku dapat masuk ke zone
pengendapan tanpa menimbuilkan gangguan terhadap partikel yang mengendap. Air
didistribusikan secara uniform dan merata sepanjang bak pengendapan.
Zone Pengendapan
Partikel yang mengendap pada zone pengendapan dipengaruhi oleh dua gaya,
yaitu aliran air itu sendiri dan gaya gravitasi. Aliran horisontal, sedangkan
gaya gravitasi menyebabkan partikel bergerak kearah vertikal ke bawah. Resultan dari kedua arah gerakan tersebut
menyebabkan partikel dapat mengendap ke zone lumpur.
Dalam proses pengolahan air dengan bak sedimentasi, air baku dialirkan
dengan tenang agar zat tersuspensi dapat mengendap secara gravitasi. Kondisi tersebut dapat dicapai apabila
dipenuhi hubungan matematis berikut ini.
L / V
> L / m
Dimana, L = panjang zone pengendapan, m
H = kedalam air pada zone pengendapan, m
V = kecepatan horisontal air, m/dt
m =
kecepatan pengendapan partikel, m/dt
waktu yang dibutuhkan oleh air untuk mengalir dari awal zone pengendapan
sampai air keluar dari zone tersebut dinamakan waktu detansi (detantion time),
yaitu waktu yang dibutuhkan oleh air selama berada di zone pengendapan. Dalam
waktu detensi ini partikel seluruhnya sudah mengendap dalam zone lumpur.
Secara teoritis detention time diformulasikan sebagai berikut :
Detention time, td (detik) = volume bak, C(m3) .
Debit aliran, Q(m3/detik)
Di dalam prakteknya, waktu detensi diambil lebih besar dari waktu detensi
teoritis, oleh karena kelakuan air yang kadan-kadang dapat mengalir lebih cepat
dari yang direncanakan.
Debit aliran per unit area
permukaan bak pengendap disebut beban permukaan (surface loading). Kecepatan
mengendap partikel adalah sama dengan beban permukaan, dan ini berarti bahwa
tidak ada ketergantungan dengan kedalaman bak sedimentasi. Atas dasar ini maka
dapat direncanakan zone pengendapan sehingga partikel-partikel yang diinginkan
dapat diendapkan pada dasar bak.
Zone Lumpur
Zone lumpur dalam bak pengendap
direncanakan sedemikian rupa sehingga lumpur partikel dapat terkumpul, kemudian
dibuang dapat sewaktu-waktu
Zone Outlet
Pada prinsipnya zone outlet ini
didisain sebagaimana zone inlet, sehingga air dapat dikeluarkan dari bak
pengendap tanpa menimbulkan gangguan pada proses pengendapan.
Tipe Bak sedimentasi
a.
Rectanguler Tanks (bak segi empat)
Bak
sedimentasi jenis ini direncanakan berbentuk segiempat dan kadang kadang
memiliki bafel-bafel yang berfungsi untuk memperbesar beban permukaan, untuk
mengurangi kecepatan aliran air, dan juga berfungsi untuk menghindari adanya
aliran pendek (short circuiting).
Untuk
memungkinkan pengeluaran lumpur endapan, maka dasar bak dibuat dengan
kemiringan tertentu. Pengeluaran lumpur dapat menggunakan prinsip hidrostatik
melalui pipa out let lumpur.
b.
Circular Tanks
Circular Tanks
dapat dibedakan dua macam berdasarkan pada aliran air yang masuk ke dalam
tanks, yaitu :
- Radial Flow Circular Tanks.
Air masuk
melalui pipa inlet yang diletakkan dipusat tangki pengendap, kemudian oleh
deflektor air dialirkan ke arah radial horizontal menuju tepi tangki pengendap
(Outlet). Lumpur endapan mengumpul dipusat tangki (pengumpulan dilakukan dengan
menggunakan scraper).
- Circumferential Flow Circular Tanks
Air baku masuk kedalam tangki
pengendap melalui beberapa celah inlet. Kemudian oleh lengan pemutar air yang
masuk dialirkan (didorong) ke sekeliling lingkaran tangki pengendap. Bersamaan
dengan itu lumpur endapan dapat mengendap kedasar bak dan terkumpul dalam zone
lumpur, sedangkan air bersih masuk ke dalam outlet tangki pengendap.
c.
Hopper Botton Tank
Tipe bak
pengendap ini disebut juga vertikal flow tanks, sebab air baku dialirkan secara vertikal (baik ke bawah
ataupun ke atas)
Pada pusattangki
bak diletrakkan deflektor dimana air baku
masuk dari bagian atas kedalam deflektor, kemudian air turun kebawah serta
keluar lagi dari deflektor menuju outlet. Partikel suspensi akan mengumpul pada
zone lumpur sewaktu aliran ke bawah. Pada saat aliran ke atas (up flow),
partikel-partikel suspensi tidak akan ikut aliran air keatas, oleh karena
partikel lumpur memiliki berat jenis yang lebih besar dari pada air.
Lumpurendapan
dapat dikeluarkan melalui pipa outlet dengan prinsip hidrostatik. Air yang sudah
bersih dari suspensi dikumpulkan oleh peluap-peluap yang diletakkan dibagian
atas bak pengendap, selanjutnya air dialirkan keluar melalui outlet yang berada
pada sisi bak pengendap tersebut.
2.4 Filtrasi
Pada unit sedimentasi, partikel-partikel suspensi
diendapkan ndalam persentase yang besar, namun demikian masih diperlukan suatu
unit pengolahan untuk menyempurnakan penurunan kadar-kadar kontaminan seperti
bakteria, warna, rasa, bau, dan Fe sehingga diperoleh air yang bersihmemenuhi
standar kualitas air minum. Unit operasi yang dimaksudkan disini adalah
filtrasi.
Filter atau saringan dapat
menjadi dua macam yaitu saringan pasir lambat dan saringan pasir cepat saringan
pasir lambat dikembangkan pada trahun 1829 oleh James Simson pada PerusahaanAir
Minum Inggris, sedangkan saringan pasir cepat dikembangkan di USA selama
periode tahun 1900 – 1910
Saringan pasir cepat mempunyai
keuntungan – keuntungan yang lebih banyakdipergunakan dalam sistem pengolahan
air minum, filter juga dapat diklasifikasikan berdasarkan cara pengalirannya,
yaitu gravity filter dan pressure filter.
Prinsip Filtrasi
Dalam proses filtrasi dapat
dihilangkan bakteri, warna, bau, rasa serta Fe sehingga air menjadi bersih.
Proses yang dapat terjadi pada filter adalah :
a.
Penyaringan Mekanis
Proses ini dapat terjadi pada filter cepat
maupun filter lambat.
Media yang dipergunakan dalam filtrasi
adalah pasir yang mempunyai pori-pori (ruang antar pasir) yang cukup kecil.
Dengan demikian partikel-partikel yang mempunyai ukuran butir lebih besar dari
ruang antar butir pasir media dapat bertahan. Selama proses filtrasi, ruang
butir antar pasir akan semakin dipekecil oleh partikel-partikel yang tertahan
pada media filter. Pada filter ini flok-flok yang tidak terendapkan pada
sedimentasi akan tertahan pada lapisan teratas pasir membentuk lapisan penutup
yang selanjutnya akan menahan partikel-partikel yang mempunyai ukuran kecil.
b.
Pengendapan
Proses ini hanya dapat terjadi pada filter
lambat.
Ruang antar butir media pasir berfungsi
sebagai bak pengendap kecil. Partikel-partikel yang mempunyai ukuran kecil
sekalipun, serta koloidal-koloidal dan beberapa macam bakteri akan mengendap
dalam ruang antar butir dan melekat pada butir pasir efek fisika (Adsorpsi)
c.
Biological Action.
Proses ini hanya dapat terjadi pada filter
lambat.
Suspensi-suspensi yang terdapat dalam air
mengandung orbanisme-orbanisme seperti algae, dan plankton, yang merupakan
bahan makanan jenis-jenis mikro organiame tertentu. Organisme-organisme
tersebut membentuk lapisan diatas media filter yang disebut dengan “Lapisan
Lendir” (smudt decke) filter. Dengan adanya lapisan lendir filter ini maka
mikroorganisme yang terdapat dalam air akan tertinggal di situ, sehingga air
filtrat tidak mengandung mikroorganisme/bakteri lagi.
Pasir
Filter
Pasir yang dipergunakan dalam filter harus bebas
dari lumpur, kapur dan unsur-unsur organik. Pasir harus keras. Jika dimasukkan
kedalam asam klorida selama 24 jam tidak akan kehilangan berat lebih dari 5 %.
Pasir yang sangat halus akan lebih cepat mampat (clogang), tetapi jika terlalu
besar maka suspensi/partikel halus akan lolos. Oleh karena itu ukuran butir
pasir filter harus diseleksi terlebih dulu.
Media
Penahan Filter
Pasir yang dipergunakan dalam filter di tahan oleh
media penahan filter yang umumnya dibuat dari lapisan kerikil.
Media penahan ini berfungsi untuk menahan pasir
dan menyebarkan alirn filtrat ke dalam sistem drainase serta aliran air pencuci
pasir.
Kerikil yang dipergunakan untuk media penahan
filter harus bersih, keras, tahan lama dan bulat-bulat.
Saringan
Pasir Lambat (Slow Sand Filter)
Pada Saringan Pasir Lambat air baku dari bak
sedimenstasi masuk ke saringan pasir melalui Inlet, kemudian didistribusikan
secara merata kepermukaan media penyaring tanpa menimbulkan gangguan.
Apabila filter ytelah mencapai
kehilangan tekanan maksimum, maka operasi filter dihentikan untuk selanjutnya
filter dicuci/dibersihkan. Pencucian dilakukan dengan cara mengambil media
filter bagian paling atas setebal 3 – 5 cm untuk dicuci di luar filter.
Tujuan pokok dalam penyaringan
ini adalah menghilangkan bakteri dan partikel suspensi yang terbawa dalam air.
Efisiensi saringan pasir lambat cukup besar, kurang dari 98% bakteri sampai 99
% bakteri dapat bertahan sedangkan partikel-partikelsuspensi hampir 100 % slow
sand Filter juga menghilangkan efek bau, rasa dan warna dalam air. Namun untuk
bakteri pathogen tidak dapat tertahan dalam filter lambat, karena itu setelah
operasi filter ini masih diperlukan proses desinfeksi
Sehubungan dengan kecepatan
filtrasi yang relatif lambat, maka dimensi bak filter memerlukan areal yang
cukup luas.
Saringan Pasir Cepat (Rapid
Sand Filter)
Pencucian filter pasir cepat
dilakukan dengan cara back wash (aliran balik). Pertama tama aliran inlet
ditutup dan air dalam filter dibuang sampai beberapa centimeter dibawah lapisan
pasir teratas. Kemudian selama kurang lebih 2 – 3 menit, filter ditiup dengan
udara untuk melepaskan /membersihkan kotoran kotoran yang menempel pada pasir.
Kemudian dilakukan pembersihan dengan back wash, kotoran-kotoran atau pun
endapan suspensi yang tertinggal pada filter akan ikut terekspansi dan bersama
air pencuci dikeluarkan melalui gutter.
Proses pencucian filter dilakukan
sampai media filter menjadi bersih. Pencucian biasanya dilakukan setelah 24 jam
beroperasi dan memerlukan waktu pencucian kurang lebih 10 menit. Selama
pencucian pasir terekpasnsi kurang lebih 50 %. Pencucian filter juga dapat
dikombinasikan dengan pencucian permukaan filter dengan menggunakan nozzle.
Kecepatan peyemprotan nozzle kurang lebih270 liter/m2/menit, dengan tekanan
antara 0,70 – 1.10 kg/cm2. dengan kombinasi ini, hasil pencucian filter dapat
lebih bagus, dan jumlah air yang diperlukan untuk mencuci filter dapat lebih
sedikit.
Sistem Drainase
Pada dasar filter diletakkan suatu sistem drainase. Sistem ini berfungsi
untuk mengumpulkan filtrat serta meratakan aliran pencuci selama backwash.
Sistem drainase yang umumnya digunakan adalah sebagai berikut :
Vitrivied Tile Blocks (leopold Block)
Sistem ini terdiri dari seperangkat blok-bnlok yang terlubangn-lubang
(orifice) dimana air filtrat masuk melaluinya. Blok-blok tersebut di letakkan
pada dasr filter dibawah lapisan kerikil.
Tabel : Perbandingan Slow dan
Rapid Sand Filter
Parameter
|
Slow Sand Filter
|
Rapid Sand Filter
|
* Area Filter
|
Sangat luas
|
Relatif kecil
|
* Ukuran Pasir
|
ES = 0,2 – 0,4 mm
UC = 2 - 4
|
ES = 0,36 – 0,6
UC = 1,2 – 1,8
|
* Air
|
Tidak perlu pengolahan pendahuluan
|
Perlu pengolahan pendahuluan
|
* Kecepatan filtrasi
|
100-180 1/m2/jam
|
4000-5000 l/m2/jam
|
* Distribusi pasir
|
Tercampur
|
Kecil ke besar
|
* Periode pencucian
|
1 – 3 bulan
|
24 – 48 jam
|
* Metoda Pencucian
|
Pengerukan lapisan atas 3 – 5 cm
|
Back washing
|
* Kehilangan tekanan
|
15 – 75 cm
|
2 – 4 m
|
|
|
|
2.5 Desinfeksi
Desinfeksi ialah proses untuk membunuh bakteri-bakteri
patogen (Penyebab penyakit) dalam air sehingga diperoleh air yang sehat (safe
water)
Metode Desinfeksi
Dsinfeksi dapat dilakukan melalui beberapa cara, namun cara
yang umum digunakan antara lain sebagai berikut ini.
1. Pemanasan
Air dipanaskan/didihkan selama (15-20) menit. Dengan
pendidihan ini, bakteri patogen dapat mati dengan demikian air menjadi sehat.
Metode ini umum diterapkan secara individual
2. Pembubuhan
Kimia (Desinfektan Kimia)
Proses desinfeksi dengan metode ini adalah dengan
mencampurkan suatu zat kimia (desinfektan) ke dalam air kemudian membiarkan
dalam waktu yang cukup untuk memberikan kesempatan kepada desinfektan untuk
berkontak dengan bakteri.
Bahan yang
dipergunakan dalam proses desinfeksi disebut desinfektan.
Syarat-syarat
desinfektan :
- Dapat mematikan semua jenis organisme patogen dalam
air
- Dapat membunuh kuman yang dimaksud dalam waktu
singkat
- Ekonomis dan dapat dilaksanakan dengan mudah dalam
operasinya.
- Air tidak boleh menjadi setelah desinfeksi
- Dosis diperhitungkan agar memiliki residu atau
cadangan untuk mengatasi adanya kontaminasi di dalam air
Bahan kimia yang dapat digunakan
untuk desinfeksi antara lain sebagai berikut :
1. Zat mengoksidir seperti klor, Brom, Iod,
Kalium permamanganat, dsb
2.
Metal ion seperti ion perak, ion tembaga
3.
Garam-garam alkali, asam seperti soda
Dalam sistem penyediaan air
minum, desinfektan yang umum digunakan adalah senyawa Klor.
Klorinasi
Senyawa Klor dapat mematikan mikroorganisme dalam air,
karena oksigen yang terbebaskan dari senyawa asam hypochlorous mengosidasi
beberapa bagian yang penting dari sel bakteri sehingga rusak.
Teori lain menyatakan bahwa proes
pembunuhan bakteri oleh senyawa klor itu selkai oleh oksigen bebas juga
disebabkan oleh pengaruh langsung senyawa klor yang bereaksi dengan protoplasma.
Beberapa percobaan juga
menyebutkan bahwa kematian mikroorganisme disebabkan reaksi kimia antara asam
hipoklorus dengan enzim pada sel bakteri sehingga metabolismenya terganggu.
Faktor yang mempengaruhi
efisiensi desinfeksi adalah Hipo klorit dari kalsium dan natrium, kloroamin,
klor dioksida, dan senyawa komplek dari klor.
Tabel : Senyawa desinfektan klor
Senyawa
|
Mol eqivalen Klor
|
Persen Berat Klor
|
Cl2
|
Cl2
|
100
|
CaClOCl
|
Cl2
|
56
|
Ca (OCl)2
|
2 Cl2
|
99,2
|
NH2Cl
|
Cl2
|
138
|
NHCl2
|
2 Cl2
|
165
|
HOCl
|
Cl2
|
135,4
|
NaOCl
|
Cl2
|
95,4
|
|
|
|
Senyawa klor dalam air akan bereaksi dengan senyawa
organik dan senyawa anorganik tertentu membentuk senyawa baru. Beberapa bagian
Klor akan tersisa yang disebut sisa chlor. Pada mulanya sisa klor ini
merupakanklor terikat, selanjutnya jika dosis klor ditambahkan maka sisa chlor
terikat akan semakin besar, dan pada suatu ketika tercapai komndisi “break
point chlorination”. Penambahan dosis klor setelah titik ini akan memberikan
sisa klor yang sebanding dengan penambahan chlor
Mole ratio, Cl : NH3
(as N)
![]() |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||
|
|
![]() |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||
|
|
![]() |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||
|
|
![]() |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
0
1 2 3
4 5 6
7 8 9
10 11 12
13
Applied chiorine,
mg/l
= Residual chlorine,mg/l

=
Zero chlorine demond
Keuntungan dicapainya break point
:
-
Senyawa amonium teroksidir sempurna.
-
Mematikan bakteri patogen secara sempurna
-
Mencegah pertubuhan lumut.
Proses klorinasi dapat terjadi
sebagai berikut :
1.
Penambahyan klor pada air yang mengandung senyawa
nitrogen, akan membentuk senyawa kloramin yang disebut klor terikat.
Pembentukan
klor terikat ini bergantung pada pH, pada pH normal klor terikat (NCl3) tidak
akan terbentuk kecuali apabila “break point” sudah terlampaui.
NH3 + HOCl ® NH2Cl + H2O
NH2Cl + HOCl ® NHCl2 + H2O
NHCl2 + HOCl ® NCl2 + H2O
2.
Pada air yang bebas senyawa organik, akan terbentuk
klor bebas, yaitu asam hipoklorus (HOCl) dan ion hipoklorit (OCl), yang
berfungsi dalam proses desinfeksi.
Cl2 + H2O ® HOCl +
H+ + Cl-
HOCl ® H+ + OCl-
Kondisi
optimum untuk proses desinfeksi adalah jika hanya terdapat HOCl, adanya ion
OCl- akan kurang menguntungkan.
Kondisi optimum ini dapat dicapai pada pH < 5
2.6 Netralisasi
Netralisasi (pembubuhan kapur) dimaksudkan sebagai
koagulan aid, menaikkan pH, menurunkan kadarCO2 serta menghasilkan kadar
Alkalinity. Pembubuhan kapur ini bertujuan untuk menaikkan/mengembalikan pH
pada range pH yang diingikan (disyaratkan), setelah mengalami penurunan pH
akibat pembubuhan alum.
III. Reservoar
Bangunan reservoar umumnya diletakkan didekat jaringan
distribusi pada ketinggian yang cukup untuk mengalkirkan (mendistribusikan)air
secara baik dan merata ke seluruh daerah konsumen.
Reservoar dapat digunakan untuk :
-
Menyimpan air pada waktu kebutuhan kecil lebih dari
kebutuhan rata-rata
-
Menyalurkan air pada waktu kebutuhan lebih besar
darikebutuhan rata-rata
-
Memberikan
waktu kontak desinfetan yang cukup bila diperlukan.
Reservoar dapat
dibedakan berdasarkan posisi penempatannya
informasi yang sangat membantu sekali.. makasih banyak ya
BalasHapushttp://tokoonlineobat.com/obat-sirosis-hati-alami/