Kamis, 15 Oktober 2015

DEFENSIVE DRIVING TIPS FOR THE PROFESSIONAL TRUCK DRIVER

C. R. ENGLAND SAFETY: DEFENSIVE DRIVING TIPS FOR THE PROFESSIONAL TRUCK DRIVER

Statistically speaking, working as a driver in the transportation industry is one of the riskier career choices one can make. Numbers from the decade ending in 2012 suggest that just over 22 drivers die annually on the job for every 100,000 on the road. As a professional driver, you need to do everything you can to make sure you finish each workday in one piece. Defensive driving is a big part of that. It is also something that should be addressed in CDL training schools.
The concept of defensive driving is one of understanding the potential hazards you might encounter on a regular basis, and doing what is necessary to avoid them. It is a sound concept. Avoiding problems is the best way to stay out of trouble, regardless of what you are talking about. Avoiding problems on the road should be obvious to both drivers and trainers.
We have compiled a short list of defensive driving tips that you can employ for your own safety:
  • Vehicle Inspections – Professional truck drivers are required by law to perform vehicle inspections before hitting the road. Such inspections are a normal part of what CDL training schools teach their students. Do not forget to do your inspection, even if you are a well-seasoned driver. Otherwise, you may miss something that could be potentially dangerous.
  • Safe Distances – As you know, your truck and trailer combination is many times heavier than the passenger vehicles around you. Safe braking requires a lot of distance. For your own safety, and that of others on the road, keep a safe distance between yourself and the vehicle in front of you. In bad weather, distances should be even greater.
  • Be Patient – Patience is not usually thought of as a defensive driving skill. In fact, not many CDL training schools talk about it in depth. However, patience is an absolute necessity for the truck driver. Understand that something will happen nearly every day to throw off your schedule. It is okay. If you allow yourself to become agitated, you are more likely to be in an accident.
  • Be Courteous – The courteous driver is one who is not only cognizant of other drivers, but one who treats them as he or she wishes to be treated. You do not always have to be first in line or the fastest on the highway. Sometimes common courtesy is the best policy.
  • Turn Signals – The average car driver does not understand what you see from inside your truck. He or she thinks nothing of pulling up alongside you and blowing past as though you were standing still. So when you change lanes, make sure you give other cars plenty of warning by using your turn signal well in advance of the change. This will not stop every crazy driver from pulling up alongside you, but it will stop some of them.
  • Center Lane Driving – It is a good idea not to drive in the center or left lanes if you are moving at the speed limit or under. In some states, trucks are not even allowed in the left lane at any speed. Regardless, stick to the right lane if you are not moving with the flow. Otherwise, you will find yourself in the dangerous position of having cars pass you on both sides.
Defensive driving is something professional drivers are taught in CDL training schools. Nevertheless, those skills can be forgotten over time. We encourage you to seriously consider the tips we have listed above and, if necessary, take a defensive driving course just to refresh your skills. Remember, defensive drivers are safe drivers. 

From : http://www.crengland.com/truck-driving-schools/blog/c-r-england-safety-defensive-driving-tips-professional-truck-driver

4 Jurus Jitu Menghadapi Tes Wawancara Kerja

4 Jurus Jitu Menghadapi Tes Wawancara Kerja - Bisa mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan yang anda inginkan merupakan sebuah momen yang sangat berarti, khususnya untuk anda yang memang dijadikan tulang punggung. Bagaimana rasanya ketika anda mendapatkan surat panggilan dari perusahaan yang anda mimpikan. Namun pada kenyataannya tidak semudah itu, karena sebelum anda diangkat, anda akan menghadi beberapa test dan tahapan psikotes. Sudah tentu tahapan akhir anda harus menghadapi tes wawancara kerja. Sayangnya, saat di tahapan akhir wawancara tersebut banyak yang gagal akibat kurangnya persiapan. Menurut Wikipedia, Wawancara adalah komunikasi yang dilakukan dua orang atau lebih serta berlangsung antara narasumber dan pewawancara.

4 Jurus Jitu Menghadapi Tes Wawancara Kerja
Dalam artikel ini, sentraloker.net akan secara khusus memberikan 4 jurus jitu menghadapi tes wawancara kerja (interview) supaya anda dapat diterima dan lolos menjadi pegawai/karyawan di perusahaan impian anda. Langsung saja anda simak artikel mengenai 4 Jurus Jitu Menghadapi Tes Wawancara Kerja.

1. Cerdaslah dalam memberikan jawaban saat diwawancara

Berhati-hatilah apabila Anda terlihat hiperaktif ketika tahapan wawancara kerja. Bisa-bisa, anda dianggap sebagai orang yang cerewet dan kurang percaya diri. Tidak hanya itu saja, anda malah bisa kehilangan kesempatan untuk mengikuti tahapan seleksi selanjutnya. Jangan pernah terlihat gugup ketika proses wawancara kerja, serta usahakan jawaban yang anda keluarkan adalah jawaban yang sesuai dengan pertanyaan.

Apabila anda selalu mengeluarkan jawaban yang tidak relevan dan tidak berbobot, maka anda akan memberikan sebuah impresi yang jelek dan kehilangan peluang untuk berhasil bekerja di perusahaan impian anda. Sepeti apa sih menjawab pertanyaan yang profesional ketika wawancara kerja berlangsung?

Pahamilah setiap bentuk pertanyaan
Jawablah dengan singkat dan sesuai dengan pertanyaan yang diajukan
Selalu memperhatikan bahasa tubuh

2.Bertanyalah, Ketika Anda Sedang Diwawancarai

Saat mengikuti sebuah sesi wawancara kerja di perusahaan yang anda inginkan, sangatlah sering mendapatkan sebuah kesempatan untuk mengajukan pertanyaan. Apakah anda sudah pernah memakai kesempatan tersebut untuk bertanya? Dengan anda mengajukan pertanyaan maka anda telah mempunyai kesan bahwa anda memiliki ketertarikan untuk bekerja di perusahaan tersebut.

Adapun contoh pertanyaan yang bisa anda tanyakan kepada pihak wawancara bisa dilihat dibawah ini.

Apakah Ada Kemungkinan Untuk Merger dengan Perusahaan Lain?
Kualifikasi yang Saya Miliki Ini, Apakah Sudah Sesuai Dengan Kebutuhan Perusahaan?
Prestasi Kerja atau Senioritas?
Kira-Kira Berapa Lamakah Posisi Ini Dibuka?

3.Tepat Waktu

Jangan pernah mencoba untuk terlambat dalam menghadiri undangan wawancara kerja. Hal tersebut malah bisa membuat kesan yang buruk pada anda. Oleh sebab itu, usahakanlah untuk sebisa mungkin untuk hadir di tempat yang telah ditentukan kira-kira lima belas menit lebih awal. Menurut Emily Post, dalam sebuah bukunya yang berjudul The Etiquette Advantage in Business, dimana disebutkan: seandainya Anda bisa datang lebih awal, maka usahakan untuk membasuh wajah Anda di toilet atau bisa juga menikmati secangkir espresso di kantin. Hal tersebut bisa membuat anda jauh lebih segar dari sebelumnya.

4.Menjaga Penampilan

Kebanyakan orang selalu memberikan penilaian pertama lewat penampilan Anda. Oleh karena itu, tampilkanlah diri Anda seperti seorang profesional, namun jangan pernah terlihat terlalu casual sehingga bisa membuat anda terlihat kaku. Bisa-bisa, anda malah dianggap tidak tertarik dengan pekerjaan yang ditawarkan.

Jangan pernah memakai sesuatu yang dapat “mengganggu” saat tahapan wawancara tengah berlangsung. Misalnya memakai anting-anting yang kebesaran, atau memakai kacamata yang warna-warni harus dihindari. Apabila anda seorang pria, maka bisa memakai setelah kemeja formal yang rapid an bersih. Belajarlah untuk selalu meperhatikan detail hal yang lainnya, seperti sepatu, potongan rambut yang rapi, serta memakai parfum yang wanginya natural.

Semoga artikel ini bermanfaat untuk anda yang tengah mempersiapkan dri untuk melakukan tes wawancara kerja.

PEMBANGUNAN DAN LINGKUNGAN

PEMBANGUNAN DAN LINGKUNGAN

DOSEN : DR. ZULKIFLI, S.PI., M.SI.



OLEH :

SEPTIAN JULIFAR SYAMSUL HUDA
NIM. 1410245993



PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN
FAKULTAS PASCASARJANA
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2015.

1.       Pembangunan Berkelanjutan ( Sustainable Development)
Pembangunan telah mengubah alam dan menjadikannya alam buatan manusia. Proses pengubahan itu mengeksploitasi sumber daya alam dengan melibatkan teknologi buatan manusia. Ilmu dan teknologi ini berkembang oleh semangat hidup yang berpusat pada kepentingan diri dan kebutuhan manusia, dalam arti manusia adalah pusat setiap kehidupan di alam. Pertambahan jumlah manusia akan menaikkan aktifitas eksploitasi sumber daya alam, sementara luas bumi dan kapasitas sumber dayanya tidak bertambah.
Aktifitas penduduk untuk memenuhi kebutuhan pangan dan sosialnya dapat meningkatkan laju pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan. Pemanfaatan sumber daya alam yang tidak terkendali dapat mengancam kelangsungan ekosistem dan lingkungannya yang mesti dapat mendukung kehidupan manusia dan pembangunan. Karena itu perilaku pembangunan yang mengeksploitasi sumber daya alam hendaknya diubah menjadi perilaku pembangunan yang memperkaya sumber daya alam dan menaikkan nilai tambahnya.
Sumber daya alam tidak hanya untuk generasi sekarang tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan generasi yang akan datang. Perencanaan pembagunan yang berorientasi jangka pendek hendaknya diubah dengan pola jangka panjang dan dinamis. Kegiatan penduduk dalam upaya meningkatkan kesejahteraan hidup dan kegiatan sosialnya diharapkan tidak melampaui kapasitas toleransi ekologis dari lingkungan dengan sumber daya alamnya.
Untuk itu, aktifitas manusia dalam mengelola sumber daya alam perlu dibekali dengan pengetahuan tentang ekologi dan lingkungan hidup. Pengetahuan ini menjadi dasar dalam memahami hubungan manusia dengan alam, hubungan aktivitas manusia dengan proses-proses alam yang berdampak pada masalah lingkungan hidup, pencemaran dan kesehatan lingkungan. Kemudian bagaimana dapat memulihkan kembali kapasitas sumber daya alam melalui konservasi, dan menilai dampak pembangunan terhadap lingkungan Dengan konsep dasar ini diharapkan dapat menambah pemahaman dan menjadikan perilaku arif dalam mengelola sumber daya alam, sehingga keseimbangan ekosistemnya terpelihara serta dapat dilindungi dari kerusakan
2.       Tujuan Pembangunan Millenium (Millennium Development Goals, MDGs):
Tujuan MDGs
Dari tujuan MDGs yang ada di atas dapat disimpulkan bahwasanya semua negara yang telah berkomitmen dalam penandatangan dekelarsi ini harus menjadikan MDGs sebagai acuan dalam hal melaksanakan program yang mengacu kepada masalah social dan kemanusiaan yang ada di dunia ini. Setiap negara harus memperhatikan tingkat social dan kemanusiaan di dalam negaranya. Serta harus melaoirkan laporan tahunan kepada PBB untuk memantau bagaimana pelaksanaan indicator-indikator MDGs tersebut sudah tercapai atau belum di suatu negara. Jadi MDGs merupakan indicator pembangunan suatu negara dalam hal menyikapi masalah social dan kemanusiaan yang memiliki tenggat waktu dan kemajuan yang terukur.

3.       Produksi Bersih (Clean Production) :
Ekologi industri adalah suatu sistem yang digunakan untuk mengelola aliran energi atau material sehingga diperoleh efisiensi yang tinggi dan menghasilkan sedikit polusi. Tujuan utamanya adalah untuk mengorganisasi sistem industri sehingga diperoleh suatu jenis operasi yang ramah lingkungan dan berkesinambungan. Strategi untuk mengimplementasikan konsep ekologi industri ada empat elemen utama yaitu : mengoptimasi penggunaan sumber daya yang ada, membuat suatu siklus material yang tertutup dan meminimalkan emisi, proses dematerialisasi dan pengurangan dan penghilangan ketergantungan pada sumber energi yang tidak terbarukan.
Penerapkan konsep ekologi industri, kawasan industri dapat mengembangkan sistem pertukaran limbah yang dapat bermanfaat bagi industri tersebut. Indonesia sebagai negara agraris dapat mengembangkan ekologi industri berbasis agroindustri. Keuntungan yang dapat diperoleh yaitu penurunan jumlah konsumsi energi fosil, sumber daya alam, dan mengurangi dampak lingkungan. Biaya produksi juga dapat dikurangi.
Konsep ekologi industri terkait secara dekat dengan proses produksi bersih (cleaner production) dan merupakan komplementer satu dengan lainnya. Kedua konsep melibatkan pencegahan pencemaran dalam rangka melindungi lingkungan dan meningkatkan efisiensi ekonomi. Produksi bersih lebih memfokuskan pada aspek pengurangan limbah, sementara ekologi industri lebih menekankan pada pendauran suatu limbah yang terbentuknya tidak bisa dihindari (unavoidably produced waste) dengan mensinergikan antara unit satu dengan lainnya atau antara satu industri dengan industri lainnya. Selain terjadi pemanfaatan suatu material yang dihasilkan oleh suatu unit oleh unit lain, juga dimungkinkan terjadinya integrasi energi dari suatu unit oleh unit lain di dalam suatu kawasan.
Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan (Eco-Industrial Park/ Esatate) merupakan sekumpulan industri dan bisnis jasa yang berlokasi pada suatu tempat di mana pelaku-pelaku di dalamnya secara bersama meningkatkan kinerja lingkungan, ekonomi dan sosialnya melalui kerjasama dalam mengelola issu lingkungan dan sumberdaya. Dengan cara bekerjasama akan diperoleh manfaat bersama yang lebih besar dibanding penjumlahan manfaat yang diperoleh oleh setiap industri. Bahasan komprehensif mengenai
Kawasan Indutri Berwawasan Lingkungan dilakukan oleh Lowe (2001).
Tujuan dari Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan adalah untuk memperbaiki kinerja ekonomi bagi industri-industri di dalamnya dengan cara meminimalkan dampak lingkungannya. Pola pendekatan yang dipakai meliputi desain infrastruktur kawasan dan pabrik berwawasan lingkungan, produksi bersih, efisiensi energi, dan kemitraan antar perusahaan. 

4.       Tata Ruang Dalam Pembangunan :
Peningkatan aktifitas pembangunan membutuhkan ruang yang semakin besar dan dapat berimplikasi pada perubahan fungsi lahan/kawasan secara signifikan. Euphoria otonomi daerah yang lebih berorientasi pada peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) juga memotivasi pertumbuhan penyediaan sarana dan prasarana di daerah, yang faktanya menyebabkan peningkatan pengalihan fungsi ruang dan kawasan dalam jangka panjang.
Di antara kenyataan perubahan lahan dapat ditemui pada pembangunan kawasan perkotaan yang membutuhkan ruang yang besar untuk menyediakan lahan untuk sarana dan prasarana pemukiman, perindustrian, perkantoran, pusat-pusat perdagangan (central business district, CBD) dan sebagainya.
Demikian halnya pada pola perubahan kawasan seperti kawasan hutan menjadi lahan pertanian atau perkebunan, yang menyebabkan penurunan fungsi hutan sebagai kawasan penyangga, pemelihara tata air, pengendali perubahan iklim mikro dan sebagainya. Perubahan fungsi ruang kawasan menyebabkan menurunnya kulitas lingkungan, seperti terjadinya pencemaran, kemacetan, hilangnya ruang publik dan ruang terbuka hijau, serta terjadinya berbagai bencana alam seperti banjir, longsor, kekeringan dan sebagainya. Pemanfaatan sumberdaya ruang juga dapat memicu perbedaan persepsi dan persengketaan tentang ruang, seperti munculnya kasus-kasus persengketaan batas wilayah pada berbagai daerah dan juga internasional. Hal tersebut seolah-olah menunjukan adanya trade off antara perkembangan ekonomi dengan kelestarian lingkungan.
Di Indonesia pada saat ini telah terjadi suatu fenomena menarik dalam pemanfaatan lahan. Meskipun dalam pelaksanaan pemanfaatan lahan ini sebenarnya sudah ada panduan dalam pemanfaatan akan tetapi pada pelaksanaannya dilapangan ternyata produk panduan tersebut masih bersifat bisa dirubah atau dinegosiasikan. Banyak kebijakan-kebijakan pemerintah melakukan revisi RTRW disebabkan adanya kepentingan kelompok atau perusahaan yang akan berinvestasi didaerah tersebut. Selain itu perencanaan tata ruang juga sering hanya dengan menggunakan spatial design dengan hanya membagi hais ruang sampai akhir tahun rencana. Produk tata ruang sering didominasi oleh politik kekuasaan dan kepentingan lokal yang lebih mengedepankan pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

5.       Agenda 21 :
Setelah menyebutkan asas-asas tersebut, terdapat Agenda 21 yang berusaha melengkapi dan mengatasi masalah lingkungan secara global. Agenda 21 tersebut dibagi ke dalam beberapa bagian, yaitu: Bagian Pertama, Dimensi Sosial Ekonomi. Bagian ini membahas mengenai masalah pembangunan yang menitikberatkan pada segi manusia berkaitan dengan dampak aktivitas manusia terhadap lingkungan, kerusakan lingkungan dan manusia. Bagian Kedua, konservasi dan pengelolaan sumber daya alam dan pembangunan. Terfokus pada pengelolaan dan konservasi sumber daya alam, ekosistem, dan isu-isu lainnya. Bagian Ketiga, peranan kelompok utama. Membahas isu kemitraan antar pengelola lingkungan yang perlu dikembangkan. Bagian Keempat, Sarana Pelaksaan ini. Penerapan dari Agenda 21 melalui pengkajian dan analisis. Bagian ini menilai sumberdaya yang dapat digunakan untuk pembangunan berkelanjutan. (Sutamihardja, 2009).
Agenda 21 tersebut menjelaskan bagaimana pengelolaan sumber daya alam yang mempunyai sifat berkelanjutan. Serta pada Agenda 21 ini menitikberatkan pada manusia, karena Penulis setuju, manusia merupakan sumber masalah yang terjadi di Dunia. Sifat manusia yang boros dan serakah, berusaha untuk memanfaatkan sumber daya untuk kepentingan ekonomi tanpa melihat dampak negatif lingkungan yang terjadi.
Belum adanya perubahan signifikan yang terjadi setelah adanya Earth Summit 1992 selama 10 tahun menuju Earth Summit 2002. Maka, pada Konferensi 10 tahun berikutnya yang diselenggarakan di Johannesburg, Afrika Selatan, memberikan harapan untuk perubahan ke arah yang lebih baik, yaitu tujuan utamanya pembangunan berkelanjutan secara global.
Earth Summit 2002 (Rio +10) Konferensi ini diadakan pada tanggal 26 Agustus sampai dengan 4 September tahun 2002. Konferensi ini bertempat di Johannesburg, Afrika Selatan. Konferensi ini diadakan
10 tahun setelah Konferensi pertama pada tahun 1992 di Rio de Janeiro. Pada Konferensi ini menghasilkan sebuah deklarasi yang disebut dengan Deklarasi Johannesburg. (Wikipedia, n.d.) Deklarasi ini berisi pernyataan umum dibandingkan dengan Deklarasi sebelumnya di Rio de Janeiro pada tahun 1992. Beberapa isinya menyebutkan kondisi di seluruh yang menyebabkan ancaman parah terhadap pembangunan berkelanjutan. Contohnya adalah: kelaparan yang kronis, malnutrisi, pendudukan asing, masalah obatobatan terlarang, kejahatan yang terorganisir, korupsi, bencana alam, perdagangan senjata ilegal, perdagangan manusia, terorisme, intolerasi dan hasutan yang tertuju kepada ras, etnis, agama, dan kebencian lain, Xenofobia dan endemic, penyakit kronis dan menular tertentu seperti HIV/AIDS, malaria, dan TBC. Hal-hal tersebut tercantum pada Deklarasi Johannesburg 19. Perjanjian pada Konferensi ini adalah untuk mengembalikan jumlah perikanan dunia yang semakin lama semakin habis.

Agenda 21 Merupakan titik awal pembentukkan program pembangunan baik itu ekonomi, sosial dan masyarakat yang ada di dunia. Etelah beberapa kali perubahan akhirnya dibentuklah MDGs yang merupakan acuan pembangunan di dunia. Suatu negara akan menerapkan Agenda 21yang merupakan awal pokok titik acuan pembangunan yang berkelanjutan dan melalui MDGs itu suatu negara melihat indikator-indikator pembangunan tersebut di jalankan oleh suatu negara. Apabila indikator dan target-target pembangunan tersebut telah tercapai maka suatu negara telah benar dalam hal pembangunan ekonomi, social dan ligkungan di negara tersebut. 

Daftar Pustaka
Anonim. (2002, Mei). Friends of the Earth. Retrieved from Earth Summit Frequently Asked Questions: http://www.foe.co.uk/
Anonim. (2012). Wikipedia. Retrieved from United Nations Conference on Sustainable
Development:
http://en.wikipedia.org/
Anonim. (2012, September 15). Bappenas. Retrieved from Kemiskinan di Indonesia dan
Penanggulangannya:
http://www.bappenas.go.id/
Anonim. (n.d.). Irwantoshut.net. Retrieved from Kerusakan Hutan di Indonesia:
http://www.irwantoshut.net/
Anonim. (n.d.). Wikipedia. Retrieved from Earth Summit 2002: http://en.wikipedia.org/
Anonim. (n.d.). Wikipedia. Retrieved from Johannesburg Declaration:
http://en.wikipedia.org/
Bappeda DKI Jakarta. 1998, Studi Pemaduserasian Tata Ruang Jabotabek.
Beatley, T dan Manning, K. (1997). The Ecology Of Place. Island Press. Washington.D.C.
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah. 2003. Pandangan Departemen Kimpraswil Berkaitan dengan Reklamasi Pantura Jakarta dalam Konteks Penataan Ruang Kawasan Jabodetabek-Punjur. Draft.
Michener, W. K. , Brunt, J. W. And Stafford, S. G.,1994. Environmental Information Mangement and Analysis: Ecosystem to Global Scales. Taylor & Francis. London.
Nations, U. (2012). Report of the United Nations Conference on Sustainable
Development. Rio de Janeiro
Utina, R. Dewi. W. 2009. Ekologi dan Lingkungan Hidup. ISBN 978-979-1340-13-7. Gorontalo
www.developmentgoals.org
www.un.org/millenniumgoals

http://www.bangazul.com/kawasan-industri-berwawasan-lingkungan/

RTH di Lingkungan Perkotaan

Nama              : Septian Julifar Syamsul Huda
NIM                 : 1410245993­­­­­

Mata Kuliah   : Pengantar Ilmu Lingkungan          
Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Lingkungan Perkotaan
Umum
Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan. Tujuan utama pengalokasian lahan untuk RTH adalah sebagai ruang peresapan dan konservasi air selain fungsi lain seperti kenyamanan, dan keindahan wilayah perkotaan tersebut.

Permasalahan
Peningkatan jumlah populasi pada suatu wilayah terutama perkotaan mengakibatkan terjadinya pertumbuhan pada wilayah tersebut. Pertumbuhan ini tentu memerlukan ruang baru dan mengurangi wilayah kawasan alami atau tak terbangun. Dalam prosesnya, kurangnya perhatian terhadap lingkungan membuat bangunan-bangunan yang didirikan mengabaikan kualitas kesehatan lingkungannya seperti melakukan penutupan saluran air atau drainase, semenisasi halaman bangunan dan peniadaan jarak antar bangunan yang keseluruhannya ini meningkatkan potensi terjadinya banjir.

Arahan Pengelolaan
Perlu adanya analisis ekologi dalam konsep pembangunan yang telah dijelaskan dalam konsep RTH, seperti menyisakan 30% dari total lahan untuk kawasan terbuka, mengganti konsep semenisasi halaman dengan pavin block agar masih menyisakan celah sebagai tempat peresapan air ke dalam tanah, pengaturan jarak bangunan dengan drainase atau trotoar bangunan agar aliran air (runoff water) dapat terjaga sehingga tidak menimbulkan penggenangan dan banjir.


PENGARUH PROYEK PLTA KOTO PANJANG TERHADAP PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI RIAU

MAKALAH
PEMBANGUNAN LINGKUNGAN



PENGARUH PROYEK PLTA KOTO PANJANG TERHADAP
PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI RIAU


https://fbcdn-sphotos-c-a.akamaihd.net/hphotos-ak-xaf1/v/t1.0-9/265088_114157278678460_7048519_n.jpg?oh=a23c054cdae2187731b9c1d7874b6532&oe=54F1A3B5&__gda__=1421122450_1a1ccf776eaffa03fd0bc8d0d8f540f1

Disusun oleh:
SEPTIAN JULIFAR SYAMSUL HUDA
1410245993





PASCA SARJANA ILMU LINGKUNGAN
UNIVERSITAS RIAU

2015



BAB I
PENDAHULUAN

1.1     Latar Belakang

Manusia adalah mahluk biotik yang mana mereka sangat bergantung terhadap biotik dan abiotik yang ada disekitarnya. Sungai adalah kehidupan bagi mahluk yang ada di daratan, dimana air merupakan kebutuhan mutlak untuk kelansungan mahluk hidup.  Bagi mahluk hidup yang ada di bumi, Allah SWT telah menciptakan dunia dan isinya sesuai dengan koodratnya yang dibutuhkan bagi penghuninya. Tetapi, manusia mengubah itu semua tanpa mempertimbangkan dengan matang apa dampak yang ditimbulkan terhadap keseimbangan bumi ini. Alasan yang sangat logis mengapa manusia banyak mengubah aliran sungai menjadi sebuah waduk (PLTA), di dalam suatu sungai terdapat energi yang sangat besar yang dibutuhkan manusia.
Seiring dengan berjalannya pembangunan di zaman sekarang, maka kebutuhan akan pasokan listrik juga semakin bertambah. Untuk memenuhi kebutuhan akan listrik tersebut, maka banyak di daerah-daerah telah membangun pembangkit-pembangkit listrik, seperti Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi (PLTP), Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Dalam hal ini, bahasan yang akan diulas adalah mengenai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) adalah pembangkit yang mengandalkan energi potensial dan kinetik dari air untuk menghasilkan energi listrik. Energi listrik yang dibangkitkan ini biasa disebut sebagai hidroelektrik. PLTA merubah energi yang disebabkan gaya jatuh air untuk menghasilkan listrik. Turbin mengkonversi tenaga gerak jatuh air ke dalam daya mekanik. Kemudian generator mengkonversi daya mekanik tersebut dari turbin ke dalam tenaga elektrik.
Pengelolaan lingkungan bidang  pembangunan PLTA merupakan hal terpenting dari suatu kegiatan usaha yang harus dilakukan agar tetap berjalan dan berkelanjutan. Pembangunan PLTA yang berkelanjutan mencakup tiga aspek yaitu lingkungan (environment), ekonomi (economy) dan sosial. Kaitan aspek lingkungan dengan ekonomi dan sosial dalam kegiatan pembanguan PLTA merupakan hal pokok dalam menjaga dan meningkatkan kualitas kesehatan dan keselamatan masyarakat sekitar.
Proses pembangunan PLTA Koto Panjang yang terletak di Provinsi Riau dan dan Sumatera Barat, diawali dengan project finding oleh perusahaan konsultan dari Jepang TEPSCO (Tokio Electric Power Service Co. Ltd) bulan September dan November 1989. Untuk pembangunan fisik proyek, mulai dilakukan tahun 1991 dan diresmikan pada tanggal 28 Februari 1997. Dam PLTA Koto Panjang yang memotong aliran Sungai Kampar Kanan dan menggenangi areal seluas 124 km2, dibangun untuk menghasilkan listrik dengan kapasitas sebesar 114 MW melalui 3 unit turbin.


1.2     Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang yang telah dijelaskan diatas,       maka dibuat rumusan masalah sebagai berikut :
1.     Apa saja dampak yang ditimbulkan oleh proyek pembangunan PLTA terhadap lingkungan kawasan tersebut ?
2.     Bagaimana upaya Masyarakat ataupun Pemerintah untuk menanggulanginya?
  
1.3     Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari Makalah ini adalah untuk mengetahui dampak apa saja yang ditimbulkan oleh proyek pembanguna PLTA terhadap lingkungan dan juga kawasan tersebut dan untuk mengetahui upaya masyarakat atau pemerintah untuk menanggulangi masalah yang di timbulkan terhadap proyek pemabanguan  PLTA tersebut.
  
1.4     Metode Penulisan
Pada pembuatan makalah ini metode yang digunakan dalam mengumpulkan data yaitu dari buku dan internet tentang permasalahan PLTA tersebut. Sehingga apabila dalam penulisan makalah ini terdapat kata atau kalimat yang hampir sama dari sumber atau penulis lain harap dimaklumi dan merupakan unsur ketidaksengajaan.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1    PENGERTIAN PLTA
         Pengertian pembangkit listrik tenaga air (PLTA) bekerja dengan cara merubah energi potensial (dari dam atau air terjun) menjadi energi mekanik (dengan bantuan turbinair) dan dari energi mekanik menjadi energi listrik (dengan bantuan generator) Pembangkit listrik tenaga air konvensional bekerja dengan cara mengalirkan air dari dam ke turbin setelah itu air dibuang. Pada saat beban puncak air dalam lower reservoir akan di pompa ke upper reservoir sehingga cadangan air pada waduk utama tetap stabil.
Pembangkit listrik tenaga air (PLTA) bekerja dengan cara merubah energi potensial (dari dam atau air terjun) menjadi energi mekanik (dengan bantuan turbin air) dan dari energi mekanik menjadi energi listrik (dengan bantuan generator).
                 PLTA dapat beroperasi sesuai dengan perancangan sebelumnya, bila mempunyai Daerah Aliran Sungai (DAS) yang potensial sebagai sumber air untuk memenuhkebutuhan dalam pengoperasian PLTA tersebut. Pada operasi PLTA tersebut, perhitungan keadaan air yang masuk pada waduk / dam tempat penampungan air, beserta besar air yang tersedia dalam waduk / dam dan perhitungan besar air yang akan dialirkan melalui pintu saluran air untuk menggerakkan turbin sebagai penggerak sumber listrik tersebut, merupakan suatu keharusan untuk dimiliki, dengan demikian kontrol terhadap air yang masuk maupun yang didistribusikan ke pintu saluran air untuk menggerakkan turbin harus dilakukan dengan baik, sehingga dalam operasi PLTA tersebut, dapat dijadikan sebagai dasar tindakan pengaturan efisiensi penggunaan air maupun pengamanan seluruh sistem, sehingga PLTA tersebut, dapat beroperasi sepanjang tahun, walaupun pada musim kemarau panjang.

Dalam penentuan pemanfaatan suatu potensi sumber tenaga air bagi pembangkitan tanaga listrik ditentukan oleh tiga faktor yaitu:
a.    Jumlah air yang tersedia, yang merupakan fungsi dari jatuh hujan dan atau salju.
b.    Tinggi terjun yang dapat dimanfaatkan, hal mana tergantung dari topografi daerah tersebut.
c.    Jarak lokasi yang dapat dimanfaatkan terhadap adanya pusat-pusat beban atau jaringan transmisi.

2.2    DAMPAK PEMBANGUNAN PLTA TERHADAP LINGKUNGAN

           Pembangunan bendungan (PLTA) selain menuai permasalahan sosial juga berimbas kepada ekologi yang terdapat di sungai. Dimana sungai merupakan ekosistem yang memiliki keanekaragaman hayati yang beragam dari pada di laut. Sungai merupakan lingkungan yang memiliki kaya akan zat- zat hara dan  nutrient yang dibutuhkan mahluk hidup, dimana tempat- tempat semacam ini merupakan tempat yang subur bagI produsen primer yaitu tumbuhan dan disinilah terdapat beragam jenis ikan dan hewan air berkembang baik, seperti serangga, ikan dan hewan mamalia lainnya.
            Pembangunan bendungan (PLTA) besar kerap menuai masalah terutama terhadap keseimbangan alam. Kalau saja kita menyaksikan lebih dari 10 juta penduduk dunia yang terdiri dari bangsa-bangsa pribumi yang akan dan telah kehilangan tempat tinggalnnya akibat pembangunan bendungan besar, maka saat yang sama pula ada jutaan hektar wilayah masyarakat beserta ekosistim sumberdaya alamnya yang harus musnah disebabkan oleh pembangunan bendunganbesar ini.
            Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) merupakan pembangkit yang mengandalkan energi potensial dan kinetik dari air untuk menghasilkan energi listrik. Energi listrik yang dibangkitkan ini biasa disebut sebagai hidroelektrik.
Bentuk utama dari pembangkit listrik jenis ini adalah Generator yang dihubungkan ke turbin yang digerakkan oleh tenaga kinetik dari air. Namun, secara luas, pembangkit listrik tenaga air tidak hanya terbatas pada air dari sebuah waduk atau air terjun, melainkan juga meliputi pembangkit listrik yang menggunakan tenaga air dalam bentuk lain seperti tenaga ombak.

Dampak Negatif yang ditimbulkan dari proyek pembangunan PLTA terhadap  lingkungan sebagai berikut :
1.      Besar dampak dari sebuah bendungan, baik dari sisi aliran upstream maupun downstream, adalah berbanding lurus dengan ukuran bendungan. Kondisi sungai sebelum ada bendungan memungkinkan adanya variasi debit alami sepanjang tahun. Kondisi yang bervariasi ini, baik debit maupun suhu air, memungkinkan kelangsungan hidup berbagai organisme dan vegetasi di sepanjang aliran sungai.
Pada saat bendungan selesai dibangun, debit air akan berubah sesuai dengan pengaturan yang diinginkan oleh manusia - bukan secara alami lagi. Air bendungan yang dialirkan secara terkontrol, akan datang dari bagian bawah bendungan dimana suhu airnya relatif lebih dingin dan konstan. Perubahan suhu air ini, yang tadinya bervariasi sesuai dengan musim dan menjadi konstan, akan merubah ekosistem di sungai downstream dari bendungan. Selain itu, juga dikenal dampak perubahan komposisi kimia dari air dengan adanya bendungan, dimana air yang dilepas dari bendungan ke sungai downstream cenderung memiliki kandungan garam terlarut yang lebih tinggi dan kandungan oksigen yang lebih rendah dibandingkan dengan komposisi air di sungai tanpa bendungan.
Selain hal di atas, masih ada dampak dari penguapan (evaporasi) dari bendungan. Permukaan air di bendungan pada umumnya begitu luas, jauh lebih luas daripada sungai tanpa bendungan. Perluasan permukaan ini mempermudah timbulnya penguapan air. Oleh karena itu, diperlukan pasokan air yang lebih banyak lagi untuk memelihara jumlah air di dalam bendungan agar bendungan tersebut dapat berfungsi secara sempurna.
Dari sisi erosi dan sedimentasi, sebagian besar sedimen yang datang dari sungai upstream akan tertahan di bendungan. Air yang dilepaskan dari bendungan ke sungai downstream mengandung sedimen yang sangat rendah, sehingga sungai downstream akan mengalami erosi tanpa ada material sedimen pengganti.
2.      Pembangunan bendungannya juga memakan biaya dan waktu yang lama dan merusak kawasan hutan.
3.      Kerusakan pada bendungan dapat menyebabkan resiko kecelakaan dan kerugian yang sangat besar.
4.      Konsumen pengguna listrik dalam jumlah besar dan terlalu jauh dari pusat Pembangkit membutuhkan sarana jaringan tower transmisi tegangan tinggi yang panjang juga memerlukan sarana traffo peningkat tengangan yang banyak.
5.      Dari sisi keamanan maupun keselamatan terhadap sanara dan  perlengkapan tranmisi harus mendapat perhatian khusus.
6.      Bila kita mengalami musim kemarau panjang PLTA yang mengunakan tenaga air dari danau alam dan danau buatan maka cadanagan air akan sangat berkurang dan berdampak pada penurunan kuantitas produksi daya listrik yang disalurkan ke konsuman. Maka hal ini yang dirugikan adalah konsuman baik rumah tangga maupun pihak industri.















2.3  Upaya-upaya untuk mengatasi permasalahan di masyarakat akibat Pembangunan PLTA :
Upaya pencegahan dan penanggulangan terhadap dampak yang ditimbulkan oleh proyek PLTA dapat ditempuh dengan beberapa pendekatan, sebagai berikut :
1.     Pendekatan lingkungan yang ditujukan bagi penataan lingkungan sehingga akan terhindar dari kerugian yang ditimbulkan akibat kerusakan lingkungan. Upaya reklamasi dan penghijauan kembali bekas penebangan hutan agar dapat kembali di tempati oleh satwa liar.
2.     Pendekatan administratif yang mengikat semua pihak dalam pembangunan Proyek PLTA untuk mematuhi ketentuan hukum yang berlaku.
3.     Pendekatan edukatif, kepada masyarakat terhadap pentingnya untuk membina dan memberikan penyuluhan tentang pentingnya melestarikan lingkungan.
4.     Perlunya  perbaikan  pada bendungan  agar dapat menekan resiko kecelakaan dan kerugian.
5.     Memperhatikan keamanan maupun keselamatan terhadap sanara dan  perlengkapan tranmisi.
6.     Lebih memperhatikan kebutuhan Konsumen. Terutama bagi  pengguna listrik dalam jumlah besar dan terlalu jauh dari pusat Pembangkit, menyediakan  sarana jaringan tower transmisi tegangan tinggi yang panjang juga meyediakan sarana traffo peningkat tengangan yang banyak.














BAB III
PENUTUP

3.1     KESIMPULAN
           Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air sangat penting dan berguna demi memenuhi kebutuhan hidup manusia. Semua itu dapat dilakukan dengan baik apabila memenuhi syarat dan ketentuan yang berlaku. Dampak-dampak yang terjadi dalam pembahasan diatas dapat ditanggulangi dengan baik apa bila semua pihak dapat bekerja sama dalam melakukannya.
           Selain dampak yang baik seperti terbantunya pasokan listrik dengan diadakannya Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), ternyada ada dampak-dampak buruknya juga,seperti berkurangnya kualitas air, berdampak pada lingkungan disekitar bendungan, dan merusak kawasan hutan,.
 Dari kesimpulan diatas, dapat diketahui bahwa setiap kegiatan yang kita lakukan memiliki dampaknya masing-masing. Kita harus dapat memilih dan menentukan mana yang baik untuk masa depan dan masa sekarang. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

                                                  















DAFTAR PUSTAKA


 Abdul Wahid. ANALISIS KARAKTERISTIK SEDIMENTASI DI WADUK PLTABAKARU
  M. M Dandekar dan K. N Sharma Penerjemah, D. Bambang Setyadi, Sutanto, 1991. Pembangkit Listrik Tenaga Air,. Cet 1. -, Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia ( O nline).
   Mulyadi A. 2000. OTORITA WADUK PLTAKOTO PANJANG: Harapan  dari SeminarSehari Pengelolaan Waduk PLTAKotopanjang. Harian Riau Pos.
   Ridho A., 2005. Pendangkalan Danau dan Waduk:Proses,Konsekwensi dan Penanganannya. Jurnal Alami, Vol.10 Nomor 1: 14-18. Jakarta
                Syapsan, Syafril Basri, dan Elida Ilyas, 2010. PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT PASCA PEMBANGUNAN
                                       PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR (PLTA) KOTO                                PANJANG PROVINSIRIAU.
              Soemarwoto Otto,2010. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Gadjah Mada University Press. Ed. X