Kamis, 15 Oktober 2015

PENGARUH PROYEK PLTA KOTO PANJANG TERHADAP PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI RIAU

MAKALAH
PEMBANGUNAN LINGKUNGAN



PENGARUH PROYEK PLTA KOTO PANJANG TERHADAP
PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI RIAU


https://fbcdn-sphotos-c-a.akamaihd.net/hphotos-ak-xaf1/v/t1.0-9/265088_114157278678460_7048519_n.jpg?oh=a23c054cdae2187731b9c1d7874b6532&oe=54F1A3B5&__gda__=1421122450_1a1ccf776eaffa03fd0bc8d0d8f540f1

Disusun oleh:
SEPTIAN JULIFAR SYAMSUL HUDA
1410245993





PASCA SARJANA ILMU LINGKUNGAN
UNIVERSITAS RIAU

2015



BAB I
PENDAHULUAN

1.1     Latar Belakang

Manusia adalah mahluk biotik yang mana mereka sangat bergantung terhadap biotik dan abiotik yang ada disekitarnya. Sungai adalah kehidupan bagi mahluk yang ada di daratan, dimana air merupakan kebutuhan mutlak untuk kelansungan mahluk hidup.  Bagi mahluk hidup yang ada di bumi, Allah SWT telah menciptakan dunia dan isinya sesuai dengan koodratnya yang dibutuhkan bagi penghuninya. Tetapi, manusia mengubah itu semua tanpa mempertimbangkan dengan matang apa dampak yang ditimbulkan terhadap keseimbangan bumi ini. Alasan yang sangat logis mengapa manusia banyak mengubah aliran sungai menjadi sebuah waduk (PLTA), di dalam suatu sungai terdapat energi yang sangat besar yang dibutuhkan manusia.
Seiring dengan berjalannya pembangunan di zaman sekarang, maka kebutuhan akan pasokan listrik juga semakin bertambah. Untuk memenuhi kebutuhan akan listrik tersebut, maka banyak di daerah-daerah telah membangun pembangkit-pembangkit listrik, seperti Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi (PLTP), Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Dalam hal ini, bahasan yang akan diulas adalah mengenai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) adalah pembangkit yang mengandalkan energi potensial dan kinetik dari air untuk menghasilkan energi listrik. Energi listrik yang dibangkitkan ini biasa disebut sebagai hidroelektrik. PLTA merubah energi yang disebabkan gaya jatuh air untuk menghasilkan listrik. Turbin mengkonversi tenaga gerak jatuh air ke dalam daya mekanik. Kemudian generator mengkonversi daya mekanik tersebut dari turbin ke dalam tenaga elektrik.
Pengelolaan lingkungan bidang  pembangunan PLTA merupakan hal terpenting dari suatu kegiatan usaha yang harus dilakukan agar tetap berjalan dan berkelanjutan. Pembangunan PLTA yang berkelanjutan mencakup tiga aspek yaitu lingkungan (environment), ekonomi (economy) dan sosial. Kaitan aspek lingkungan dengan ekonomi dan sosial dalam kegiatan pembanguan PLTA merupakan hal pokok dalam menjaga dan meningkatkan kualitas kesehatan dan keselamatan masyarakat sekitar.
Proses pembangunan PLTA Koto Panjang yang terletak di Provinsi Riau dan dan Sumatera Barat, diawali dengan project finding oleh perusahaan konsultan dari Jepang TEPSCO (Tokio Electric Power Service Co. Ltd) bulan September dan November 1989. Untuk pembangunan fisik proyek, mulai dilakukan tahun 1991 dan diresmikan pada tanggal 28 Februari 1997. Dam PLTA Koto Panjang yang memotong aliran Sungai Kampar Kanan dan menggenangi areal seluas 124 km2, dibangun untuk menghasilkan listrik dengan kapasitas sebesar 114 MW melalui 3 unit turbin.


1.2     Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang yang telah dijelaskan diatas,       maka dibuat rumusan masalah sebagai berikut :
1.     Apa saja dampak yang ditimbulkan oleh proyek pembangunan PLTA terhadap lingkungan kawasan tersebut ?
2.     Bagaimana upaya Masyarakat ataupun Pemerintah untuk menanggulanginya?
  
1.3     Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari Makalah ini adalah untuk mengetahui dampak apa saja yang ditimbulkan oleh proyek pembanguna PLTA terhadap lingkungan dan juga kawasan tersebut dan untuk mengetahui upaya masyarakat atau pemerintah untuk menanggulangi masalah yang di timbulkan terhadap proyek pemabanguan  PLTA tersebut.
  
1.4     Metode Penulisan
Pada pembuatan makalah ini metode yang digunakan dalam mengumpulkan data yaitu dari buku dan internet tentang permasalahan PLTA tersebut. Sehingga apabila dalam penulisan makalah ini terdapat kata atau kalimat yang hampir sama dari sumber atau penulis lain harap dimaklumi dan merupakan unsur ketidaksengajaan.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1    PENGERTIAN PLTA
         Pengertian pembangkit listrik tenaga air (PLTA) bekerja dengan cara merubah energi potensial (dari dam atau air terjun) menjadi energi mekanik (dengan bantuan turbinair) dan dari energi mekanik menjadi energi listrik (dengan bantuan generator) Pembangkit listrik tenaga air konvensional bekerja dengan cara mengalirkan air dari dam ke turbin setelah itu air dibuang. Pada saat beban puncak air dalam lower reservoir akan di pompa ke upper reservoir sehingga cadangan air pada waduk utama tetap stabil.
Pembangkit listrik tenaga air (PLTA) bekerja dengan cara merubah energi potensial (dari dam atau air terjun) menjadi energi mekanik (dengan bantuan turbin air) dan dari energi mekanik menjadi energi listrik (dengan bantuan generator).
                 PLTA dapat beroperasi sesuai dengan perancangan sebelumnya, bila mempunyai Daerah Aliran Sungai (DAS) yang potensial sebagai sumber air untuk memenuhkebutuhan dalam pengoperasian PLTA tersebut. Pada operasi PLTA tersebut, perhitungan keadaan air yang masuk pada waduk / dam tempat penampungan air, beserta besar air yang tersedia dalam waduk / dam dan perhitungan besar air yang akan dialirkan melalui pintu saluran air untuk menggerakkan turbin sebagai penggerak sumber listrik tersebut, merupakan suatu keharusan untuk dimiliki, dengan demikian kontrol terhadap air yang masuk maupun yang didistribusikan ke pintu saluran air untuk menggerakkan turbin harus dilakukan dengan baik, sehingga dalam operasi PLTA tersebut, dapat dijadikan sebagai dasar tindakan pengaturan efisiensi penggunaan air maupun pengamanan seluruh sistem, sehingga PLTA tersebut, dapat beroperasi sepanjang tahun, walaupun pada musim kemarau panjang.

Dalam penentuan pemanfaatan suatu potensi sumber tenaga air bagi pembangkitan tanaga listrik ditentukan oleh tiga faktor yaitu:
a.    Jumlah air yang tersedia, yang merupakan fungsi dari jatuh hujan dan atau salju.
b.    Tinggi terjun yang dapat dimanfaatkan, hal mana tergantung dari topografi daerah tersebut.
c.    Jarak lokasi yang dapat dimanfaatkan terhadap adanya pusat-pusat beban atau jaringan transmisi.

2.2    DAMPAK PEMBANGUNAN PLTA TERHADAP LINGKUNGAN

           Pembangunan bendungan (PLTA) selain menuai permasalahan sosial juga berimbas kepada ekologi yang terdapat di sungai. Dimana sungai merupakan ekosistem yang memiliki keanekaragaman hayati yang beragam dari pada di laut. Sungai merupakan lingkungan yang memiliki kaya akan zat- zat hara dan  nutrient yang dibutuhkan mahluk hidup, dimana tempat- tempat semacam ini merupakan tempat yang subur bagI produsen primer yaitu tumbuhan dan disinilah terdapat beragam jenis ikan dan hewan air berkembang baik, seperti serangga, ikan dan hewan mamalia lainnya.
            Pembangunan bendungan (PLTA) besar kerap menuai masalah terutama terhadap keseimbangan alam. Kalau saja kita menyaksikan lebih dari 10 juta penduduk dunia yang terdiri dari bangsa-bangsa pribumi yang akan dan telah kehilangan tempat tinggalnnya akibat pembangunan bendungan besar, maka saat yang sama pula ada jutaan hektar wilayah masyarakat beserta ekosistim sumberdaya alamnya yang harus musnah disebabkan oleh pembangunan bendunganbesar ini.
            Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) merupakan pembangkit yang mengandalkan energi potensial dan kinetik dari air untuk menghasilkan energi listrik. Energi listrik yang dibangkitkan ini biasa disebut sebagai hidroelektrik.
Bentuk utama dari pembangkit listrik jenis ini adalah Generator yang dihubungkan ke turbin yang digerakkan oleh tenaga kinetik dari air. Namun, secara luas, pembangkit listrik tenaga air tidak hanya terbatas pada air dari sebuah waduk atau air terjun, melainkan juga meliputi pembangkit listrik yang menggunakan tenaga air dalam bentuk lain seperti tenaga ombak.

Dampak Negatif yang ditimbulkan dari proyek pembangunan PLTA terhadap  lingkungan sebagai berikut :
1.      Besar dampak dari sebuah bendungan, baik dari sisi aliran upstream maupun downstream, adalah berbanding lurus dengan ukuran bendungan. Kondisi sungai sebelum ada bendungan memungkinkan adanya variasi debit alami sepanjang tahun. Kondisi yang bervariasi ini, baik debit maupun suhu air, memungkinkan kelangsungan hidup berbagai organisme dan vegetasi di sepanjang aliran sungai.
Pada saat bendungan selesai dibangun, debit air akan berubah sesuai dengan pengaturan yang diinginkan oleh manusia - bukan secara alami lagi. Air bendungan yang dialirkan secara terkontrol, akan datang dari bagian bawah bendungan dimana suhu airnya relatif lebih dingin dan konstan. Perubahan suhu air ini, yang tadinya bervariasi sesuai dengan musim dan menjadi konstan, akan merubah ekosistem di sungai downstream dari bendungan. Selain itu, juga dikenal dampak perubahan komposisi kimia dari air dengan adanya bendungan, dimana air yang dilepas dari bendungan ke sungai downstream cenderung memiliki kandungan garam terlarut yang lebih tinggi dan kandungan oksigen yang lebih rendah dibandingkan dengan komposisi air di sungai tanpa bendungan.
Selain hal di atas, masih ada dampak dari penguapan (evaporasi) dari bendungan. Permukaan air di bendungan pada umumnya begitu luas, jauh lebih luas daripada sungai tanpa bendungan. Perluasan permukaan ini mempermudah timbulnya penguapan air. Oleh karena itu, diperlukan pasokan air yang lebih banyak lagi untuk memelihara jumlah air di dalam bendungan agar bendungan tersebut dapat berfungsi secara sempurna.
Dari sisi erosi dan sedimentasi, sebagian besar sedimen yang datang dari sungai upstream akan tertahan di bendungan. Air yang dilepaskan dari bendungan ke sungai downstream mengandung sedimen yang sangat rendah, sehingga sungai downstream akan mengalami erosi tanpa ada material sedimen pengganti.
2.      Pembangunan bendungannya juga memakan biaya dan waktu yang lama dan merusak kawasan hutan.
3.      Kerusakan pada bendungan dapat menyebabkan resiko kecelakaan dan kerugian yang sangat besar.
4.      Konsumen pengguna listrik dalam jumlah besar dan terlalu jauh dari pusat Pembangkit membutuhkan sarana jaringan tower transmisi tegangan tinggi yang panjang juga memerlukan sarana traffo peningkat tengangan yang banyak.
5.      Dari sisi keamanan maupun keselamatan terhadap sanara dan  perlengkapan tranmisi harus mendapat perhatian khusus.
6.      Bila kita mengalami musim kemarau panjang PLTA yang mengunakan tenaga air dari danau alam dan danau buatan maka cadanagan air akan sangat berkurang dan berdampak pada penurunan kuantitas produksi daya listrik yang disalurkan ke konsuman. Maka hal ini yang dirugikan adalah konsuman baik rumah tangga maupun pihak industri.















2.3  Upaya-upaya untuk mengatasi permasalahan di masyarakat akibat Pembangunan PLTA :
Upaya pencegahan dan penanggulangan terhadap dampak yang ditimbulkan oleh proyek PLTA dapat ditempuh dengan beberapa pendekatan, sebagai berikut :
1.     Pendekatan lingkungan yang ditujukan bagi penataan lingkungan sehingga akan terhindar dari kerugian yang ditimbulkan akibat kerusakan lingkungan. Upaya reklamasi dan penghijauan kembali bekas penebangan hutan agar dapat kembali di tempati oleh satwa liar.
2.     Pendekatan administratif yang mengikat semua pihak dalam pembangunan Proyek PLTA untuk mematuhi ketentuan hukum yang berlaku.
3.     Pendekatan edukatif, kepada masyarakat terhadap pentingnya untuk membina dan memberikan penyuluhan tentang pentingnya melestarikan lingkungan.
4.     Perlunya  perbaikan  pada bendungan  agar dapat menekan resiko kecelakaan dan kerugian.
5.     Memperhatikan keamanan maupun keselamatan terhadap sanara dan  perlengkapan tranmisi.
6.     Lebih memperhatikan kebutuhan Konsumen. Terutama bagi  pengguna listrik dalam jumlah besar dan terlalu jauh dari pusat Pembangkit, menyediakan  sarana jaringan tower transmisi tegangan tinggi yang panjang juga meyediakan sarana traffo peningkat tengangan yang banyak.














BAB III
PENUTUP

3.1     KESIMPULAN
           Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air sangat penting dan berguna demi memenuhi kebutuhan hidup manusia. Semua itu dapat dilakukan dengan baik apabila memenuhi syarat dan ketentuan yang berlaku. Dampak-dampak yang terjadi dalam pembahasan diatas dapat ditanggulangi dengan baik apa bila semua pihak dapat bekerja sama dalam melakukannya.
           Selain dampak yang baik seperti terbantunya pasokan listrik dengan diadakannya Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), ternyada ada dampak-dampak buruknya juga,seperti berkurangnya kualitas air, berdampak pada lingkungan disekitar bendungan, dan merusak kawasan hutan,.
 Dari kesimpulan diatas, dapat diketahui bahwa setiap kegiatan yang kita lakukan memiliki dampaknya masing-masing. Kita harus dapat memilih dan menentukan mana yang baik untuk masa depan dan masa sekarang. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

                                                  















DAFTAR PUSTAKA


 Abdul Wahid. ANALISIS KARAKTERISTIK SEDIMENTASI DI WADUK PLTABAKARU
  M. M Dandekar dan K. N Sharma Penerjemah, D. Bambang Setyadi, Sutanto, 1991. Pembangkit Listrik Tenaga Air,. Cet 1. -, Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia ( O nline).
   Mulyadi A. 2000. OTORITA WADUK PLTAKOTO PANJANG: Harapan  dari SeminarSehari Pengelolaan Waduk PLTAKotopanjang. Harian Riau Pos.
   Ridho A., 2005. Pendangkalan Danau dan Waduk:Proses,Konsekwensi dan Penanganannya. Jurnal Alami, Vol.10 Nomor 1: 14-18. Jakarta
                Syapsan, Syafril Basri, dan Elida Ilyas, 2010. PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT PASCA PEMBANGUNAN
                                       PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR (PLTA) KOTO                                PANJANG PROVINSIRIAU.
              Soemarwoto Otto,2010. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Gadjah Mada University Press. Ed. X




Tidak ada komentar:

Posting Komentar