MAKALAH
PEMBANGUNAN
LINGKUNGAN
PENGARUH
PROYEK PLTA KOTO
PANJANG
TERHADAP
PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI RIAU

Disusun oleh:
SEPTIAN JULIFAR SYAMSUL HUDA
1410245993
PASCA SARJANA
ILMU LINGKUNGAN
UNIVERSITAS
RIAU
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia
adalah mahluk biotik yang mana mereka sangat bergantung terhadap biotik dan
abiotik yang ada disekitarnya. Sungai adalah kehidupan bagi mahluk yang ada di
daratan, dimana air merupakan kebutuhan mutlak untuk kelansungan mahluk
hidup. Bagi mahluk hidup yang ada di
bumi, Allah SWT telah menciptakan dunia dan isinya sesuai dengan koodratnya
yang dibutuhkan bagi penghuninya. Tetapi, manusia mengubah
itu semua tanpa mempertimbangkan dengan matang apa dampak yang ditimbulkan
terhadap keseimbangan bumi ini. Alasan yang sangat logis mengapa manusia banyak
mengubah aliran sungai menjadi sebuah waduk (PLTA), di dalam suatu sungai
terdapat energi yang sangat besar yang dibutuhkan manusia.
Seiring
dengan berjalannya pembangunan di zaman sekarang, maka
kebutuhan akan pasokan listrik juga
semakin bertambah.
Untuk memenuhi kebutuhan akan listrik tersebut,
maka banyak di daerah-daerah telah membangun pembangkit-pembangkit listrik,
seperti Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi (PLTP), Pembangkit Listrik Tenaga
Uap (PLTU), Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), dan Pembangkit Listrik
Tenaga Air (PLTA). Dalam hal ini, bahasan yang akan diulas adalah mengenai
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Pembangkit Listrik Tenaga
Air (PLTA) adalah pembangkit yang mengandalkan energi potensial dan kinetik
dari air untuk menghasilkan energi listrik. Energi listrik yang dibangkitkan
ini biasa disebut sebagai hidroelektrik. PLTA merubah energi yang disebabkan
gaya jatuh air untuk menghasilkan listrik. Turbin mengkonversi tenaga gerak
jatuh air ke dalam daya mekanik. Kemudian generator mengkonversi daya mekanik
tersebut dari turbin ke dalam tenaga elektrik.
Pengelolaan lingkungan bidang
pembangunan PLTA merupakan hal terpenting dari suatu kegiatan usaha
yang harus dilakukan agar tetap berjalan dan berkelanjutan. Pembangunan PLTA yang berkelanjutan mencakup tiga aspek yaitu
lingkungan (environment), ekonomi (economy) dan sosial. Kaitan aspek lingkungan
dengan ekonomi dan sosial dalam kegiatan pembanguan PLTA merupakan hal pokok dalam menjaga dan meningkatkan
kualitas kesehatan dan keselamatan masyarakat sekitar.
Proses pembangunan PLTA Koto
Panjang yang terletak di Provinsi Riau dan dan Sumatera Barat, diawali dengan
project finding oleh perusahaan konsultan dari Jepang TEPSCO (Tokio Electric
Power Service Co. Ltd) bulan September dan November 1989. Untuk pembangunan
fisik proyek, mulai dilakukan tahun 1991 dan diresmikan pada tanggal 28
Februari 1997. Dam PLTA Koto Panjang yang memotong aliran Sungai Kampar Kanan
dan menggenangi areal seluas 124 km2, dibangun untuk menghasilkan listrik
dengan kapasitas sebesar 114 MW melalui 3 unit turbin.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar
belakang yang telah dijelaskan diatas, maka
dibuat rumusan masalah sebagai berikut :
1.
Apa saja dampak yang ditimbulkan oleh proyek pembangunan
PLTA terhadap
lingkungan kawasan tersebut ?
2.
Bagaimana upaya Masyarakat ataupun Pemerintah untuk
menanggulanginya?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari Makalah ini
adalah untuk mengetahui dampak apa saja yang ditimbulkan oleh proyek pembanguna
PLTA terhadap
lingkungan dan juga kawasan tersebut dan untuk mengetahui
upaya masyarakat atau pemerintah untuk menanggulangi masalah yang di
timbulkan terhadap proyek pemabanguan PLTA tersebut.
1.4 Metode Penulisan
Pada pembuatan makalah ini metode
yang digunakan dalam mengumpulkan data yaitu dari buku dan internet tentang
permasalahan PLTA tersebut. Sehingga apabila dalam penulisan makalah ini
terdapat kata atau kalimat yang hampir sama dari sumber atau penulis lain harap
dimaklumi dan merupakan unsur ketidaksengajaan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
PLTA
Pengertian pembangkit listrik tenaga air
(PLTA) bekerja dengan cara merubah energi potensial (dari dam atau air terjun)
menjadi energi mekanik (dengan bantuan turbinair) dan dari energi mekanik
menjadi energi listrik (dengan bantuan generator) Pembangkit listrik tenaga air
konvensional bekerja dengan cara mengalirkan air dari dam ke turbin setelah itu
air dibuang. Pada saat beban puncak air dalam lower reservoir akan di pompa ke
upper reservoir sehingga cadangan air pada waduk utama tetap stabil.
Pembangkit listrik tenaga air (PLTA) bekerja
dengan cara merubah energi potensial (dari dam atau air terjun) menjadi energi
mekanik (dengan bantuan turbin air) dan dari energi mekanik menjadi energi
listrik (dengan bantuan generator).
PLTA
dapat beroperasi sesuai dengan perancangan sebelumnya, bila mempunyai Daerah
Aliran Sungai (DAS) yang potensial sebagai sumber air untuk memenuhkebutuhan
dalam pengoperasian PLTA tersebut. Pada operasi PLTA tersebut, perhitungan
keadaan air yang masuk pada waduk / dam tempat penampungan air, beserta besar
air yang tersedia dalam waduk / dam dan perhitungan besar air yang akan
dialirkan melalui pintu saluran air untuk menggerakkan turbin sebagai penggerak
sumber listrik tersebut, merupakan suatu keharusan untuk dimiliki, dengan
demikian kontrol terhadap air yang masuk maupun yang didistribusikan ke pintu
saluran air untuk menggerakkan turbin harus dilakukan dengan baik, sehingga
dalam operasi PLTA tersebut, dapat dijadikan sebagai dasar tindakan pengaturan efisiensi
penggunaan air maupun pengamanan seluruh sistem, sehingga PLTA tersebut, dapat
beroperasi sepanjang tahun, walaupun pada musim kemarau panjang.
Dalam
penentuan pemanfaatan suatu potensi sumber tenaga air bagi pembangkitan tanaga
listrik ditentukan oleh tiga faktor yaitu:
a. Jumlah
air yang tersedia, yang merupakan fungsi dari jatuh hujan dan atau salju.
b. Tinggi
terjun yang dapat dimanfaatkan, hal mana tergantung dari topografi daerah
tersebut.
c. Jarak lokasi yang
dapat dimanfaatkan terhadap adanya pusat-pusat beban atau jaringan transmisi.
2.2 DAMPAK PEMBANGUNAN
PLTA TERHADAP
LINGKUNGAN
Pembangunan bendungan
(PLTA)
selain menuai permasalahan sosial juga berimbas kepada ekologi yang terdapat di
sungai. Dimana sungai merupakan ekosistem yang memiliki keanekaragaman hayati
yang beragam dari pada di laut. Sungai merupakan lingkungan yang memiliki kaya
akan zat- zat hara dan nutrient yang
dibutuhkan mahluk hidup, dimana tempat- tempat semacam ini merupakan tempat
yang subur bagI produsen primer yaitu tumbuhan dan disinilah terdapat beragam
jenis ikan dan hewan air berkembang baik, seperti serangga, ikan dan hewan
mamalia lainnya.
Pembangunan bendungan (PLTA) besar kerap menuai
masalah terutama terhadap keseimbangan alam. Kalau saja kita menyaksikan lebih
dari 10 juta penduduk dunia yang terdiri dari bangsa-bangsa pribumi yang akan
dan telah kehilangan tempat tinggalnnya akibat pembangunan bendungan besar,
maka saat yang sama pula ada jutaan hektar wilayah masyarakat beserta ekosistim
sumberdaya alamnya yang harus musnah disebabkan oleh pembangunan bendunganbesar
ini.
Pembangkit Listrik Tenaga
Air (PLTA) merupakan pembangkit yang mengandalkan energi potensial dan kinetik dari
air untuk menghasilkan energi listrik. Energi listrik yang dibangkitkan ini
biasa disebut sebagai hidroelektrik.
Bentuk utama dari
pembangkit listrik jenis ini adalah Generator yang dihubungkan ke turbin yang
digerakkan oleh tenaga kinetik dari air. Namun, secara luas, pembangkit listrik
tenaga air tidak hanya terbatas pada air dari sebuah waduk atau air terjun, melainkan
juga meliputi pembangkit listrik yang menggunakan tenaga air dalam bentuk lain
seperti tenaga ombak.
Dampak Negatif yang ditimbulkan dari proyek
pembangunan PLTA terhadap
lingkungan sebagai berikut :
1. Besar dampak dari sebuah bendungan, baik
dari sisi aliran upstream maupun downstream, adalah berbanding lurus dengan
ukuran bendungan. Kondisi sungai sebelum ada bendungan memungkinkan adanya
variasi debit alami sepanjang tahun. Kondisi yang bervariasi ini, baik debit
maupun suhu air, memungkinkan kelangsungan hidup berbagai organisme dan
vegetasi di sepanjang aliran sungai.
Pada saat bendungan
selesai dibangun, debit air akan berubah sesuai dengan pengaturan yang
diinginkan oleh manusia - bukan secara alami lagi. Air bendungan yang dialirkan
secara terkontrol, akan datang dari bagian bawah bendungan dimana suhu airnya
relatif lebih dingin dan konstan. Perubahan suhu air ini, yang tadinya
bervariasi sesuai dengan musim dan menjadi konstan, akan merubah ekosistem di
sungai downstream dari bendungan. Selain itu, juga dikenal dampak perubahan
komposisi kimia dari air dengan adanya bendungan, dimana air yang dilepas dari
bendungan ke sungai downstream cenderung memiliki kandungan garam terlarut yang
lebih tinggi dan kandungan oksigen yang lebih rendah dibandingkan dengan
komposisi air di sungai tanpa bendungan.
Selain hal di atas,
masih ada dampak dari penguapan (evaporasi) dari bendungan. Permukaan air di
bendungan pada umumnya begitu luas, jauh lebih luas daripada sungai tanpa
bendungan. Perluasan permukaan ini mempermudah timbulnya penguapan air. Oleh
karena itu, diperlukan pasokan air yang lebih banyak lagi untuk memelihara
jumlah air di dalam bendungan agar bendungan tersebut dapat berfungsi secara
sempurna.
Dari sisi erosi dan
sedimentasi, sebagian besar sedimen yang datang dari sungai upstream akan
tertahan di bendungan. Air yang dilepaskan dari bendungan ke sungai downstream
mengandung sedimen yang sangat rendah, sehingga sungai downstream akan
mengalami erosi tanpa ada material sedimen pengganti.
2. Pembangunan bendungannya juga memakan
biaya dan waktu yang lama dan merusak kawasan hutan.
3. Kerusakan pada bendungan dapat menyebabkan
resiko kecelakaan dan kerugian yang sangat besar.
4. Konsumen pengguna listrik dalam jumlah
besar dan terlalu jauh dari pusat Pembangkit membutuhkan sarana jaringan tower
transmisi tegangan tinggi yang panjang juga memerlukan sarana traffo peningkat
tengangan yang banyak.
5. Dari sisi keamanan maupun keselamatan
terhadap sanara dan perlengkapan
tranmisi harus mendapat perhatian khusus.
6. Bila kita mengalami musim kemarau panjang
PLTA yang mengunakan tenaga air dari danau alam dan danau buatan maka cadanagan
air akan sangat berkurang dan berdampak pada penurunan kuantitas produksi daya
listrik yang disalurkan ke konsuman. Maka hal ini yang dirugikan adalah
konsuman baik rumah tangga maupun pihak industri.
2.3
Upaya-upaya untuk mengatasi permasalahan di masyarakat akibat Pembangunan PLTA :
Upaya pencegahan dan penanggulangan
terhadap dampak yang ditimbulkan oleh proyek PLTA dapat ditempuh dengan beberapa pendekatan,
sebagai berikut :
1. Pendekatan lingkungan yang ditujukan bagi
penataan lingkungan sehingga akan terhindar dari kerugian yang ditimbulkan
akibat kerusakan lingkungan. Upaya reklamasi dan penghijauan kembali bekas
penebangan hutan agar dapat kembali di tempati oleh satwa liar.
2. Pendekatan administratif yang mengikat
semua pihak dalam pembangunan Proyek PLTA untuk mematuhi ketentuan hukum yang
berlaku.
3. Pendekatan edukatif, kepada masyarakat
terhadap pentingnya untuk membina dan memberikan penyuluhan tentang pentingnya
melestarikan lingkungan.
4. Perlunya perbaikan
pada bendungan agar dapat menekan resiko kecelakaan dan kerugian.
5. Memperhatikan keamanan maupun keselamatan terhadap
sanara dan perlengkapan tranmisi.
6. Lebih
memperhatikan kebutuhan Konsumen. Terutama bagi pengguna listrik dalam jumlah besar dan
terlalu jauh dari pusat Pembangkit, menyediakan sarana jaringan tower transmisi tegangan
tinggi yang panjang juga meyediakan sarana traffo peningkat tengangan yang
banyak.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air sangat
penting dan berguna demi memenuhi kebutuhan hidup manusia. Semua itu dapat
dilakukan dengan baik apabila memenuhi syarat dan ketentuan yang berlaku.
Dampak-dampak yang terjadi dalam pembahasan diatas dapat ditanggulangi dengan
baik apa bila semua pihak dapat bekerja sama dalam melakukannya.
Selain
dampak yang baik seperti terbantunya pasokan listrik dengan diadakannya
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), ternyada ada dampak-dampak buruknya
juga,seperti berkurangnya kualitas air, berdampak pada lingkungan disekitar
bendungan, dan merusak kawasan hutan,.
Dari kesimpulan diatas, dapat diketahui bahwa
setiap kegiatan yang kita lakukan memiliki dampaknya masing-masing. Kita harus
dapat memilih dan menentukan mana yang baik untuk masa depan dan masa sekarang.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Wahid. ANALISIS KARAKTERISTIK SEDIMENTASI DI WADUK PLTABAKARU
M. M Dandekar dan K. N Sharma Penerjemah, D. Bambang
Setyadi, Sutanto, 1991. Pembangkit
Listrik Tenaga Air,. Cet 1. -, Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia ( O nline).
Mulyadi A. 2000. OTORITA WADUK PLTAKOTO PANJANG: Harapan
dari SeminarSehari Pengelolaan Waduk PLTAKotopanjang. Harian Riau Pos.
Ridho A., 2005. Pendangkalan Danau dan Waduk:Proses,Konsekwensi
dan Penanganannya. Jurnal Alami, Vol.10 Nomor 1: 14-18. Jakarta
Syapsan,
Syafril Basri, dan Elida Ilyas, 2010. PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT PASCA PEMBANGUNAN
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR (PLTA) KOTO PANJANG
PROVINSIRIAU.
Soemarwoto Otto,2010. Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan, Gadjah Mada University Press. Ed. X
Tidak ada komentar:
Posting Komentar