BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Setiap
makhluk hidup melakukan perkawinan untuk memperoleh keturunan. Dari perkawinannya
diharapkan dapat memperoleh keturunan yang sempurna, baik fisik maupun
mentalnya. Namun, dalam suatu perkawinan tidak selalu diperoleh keturunan yang
sempurna karena dalam suatu perkawinan antara dua individu, bisa saja terdapat
penyakit genetik atau penyakit keturunan, yang dapat menurun dari orang tua ke
anak.
Genetika
adalah ilmu yang mempelajari hereditas, yaitu penurunan sifat-sifat genetik
dari orang tua ke anak. Teori mengenai hukum-hukum pewarisan sifat ini pertama
kali dicetuskan oleh Gregor Johan Mendel
(1822-1884). Sejak keberhasilan Gregor Mendel dalam melakukan penelitian
tentang penurunan sifat keturunan baik golongan darah maupun penurunan penyakit,
mulailah muncul beberapa kemungkinan penyakit yang akan diderita oleh keturunan
tersebut akibat adanya suatu penyakit keturunan yang diderita oleh orang tuanya
maupun hanya dibawa oleh orang tuanya. Salah satu contoh penyakit genetika
adalah hemofilia. Munculnya penyakit genetika dapat terjadi akibat adanya
mutasi gen, kesalahan pada proses transkipsi DNA, dan faktor penyebab lainnya.
B. PERUMUSAN
MASALAH
- Masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
- 1. Apa yang dimaksud dengan hemofilia?
- 2. Bagaimana gejala-gejala hemofilia?
- 3. Bagaimana cara penurunan hemofilia?
C. TUJUAN
Makalah ini disusun
dengan tujuan:
- 1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan hemofilia.
- 2. Mengetahui penyebab hemofilia.
- 3. Mengetahui gejala – gejala hemofilia.
- 4. Mengetahui cara penurunan penyakit hemofilia.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Hemofilia
berasal dari bahasa Yunani kuno, yang terdiri dari dua kata yaitu haima yang berarti darah dan philia yang berarti cinta atau kasih
saying. Jadi, hemofilia adalah suatu penyakit yang diturunkan dari ibu kepada
anaknya saat dilahirkan (http://www.hemofilia.or.id).
Menurut Ganong (2008), hemofilia adalah suatu
penyakit perdarahan yang timbul karena adanya pautan seks pada sifat resesifnya
dan disebabkan oleh tidak adanya protein tertentu yang diperlukan untuk
penggumpalan darah.
Hemofilia juga berarti penyakit herediter yang
menyebabkan darah sukar membeku ( Suryo, 2008).
B. PENYEBAB
Hemofilia
merupakan penyakit keturunan dan bukan penyakit menular. Seseorang bisa
mengidap hemofilia karena terjadi kerusakan, perubahan atau mutasi pada gen
yang mengatur produksi faktor pembekuan darah. Pembekuan darah merupakan proses
yang memerlukan beberapa faktor pendukung seperti tampak pada tabel di bawah
ini:
Tabel 1: faktor-faktor
pembekuan darah
Faktor pembekuan
|
Sinonim
|
Fibrinogen
|
Faktor
I
|
Protrombin
|
Faktor
II
|
Faktor
jaringan
|
Faktor
III, Tromboplastin jarngan
|
Kalsium
|
Faktor
IV
|
Faktor
V
|
Proaccelerin,
faktor labil, Ac-G
|
Faktor
VII
|
Faktor
stabil
|
Faktor
VIII
|
Faktor
antihemofilik (AHF)
|
Faktor
IX
|
Komponen
tromboplastin plasma, faktor B
|
Faktor
X
|
Faktor
stuart
|
Faktor
XI
|
Faktor
C antihemofilik
|
Faktor
XII
|
Faktor
Hageman
|
Faktor
XIII
|
Faktor
stabilisasi fibrin
|
C. KLASIFIKASI
HEMOFILIA
Berdasarkan
penyebabnya yang dilihat dari kurang atau tidak adanya faktor pembekuan darah, hemofilia dibagi
menjadi:
1. Hemofilia
A
Hemofilia A
(hemofilia klasik) merupakan hemofilia yang paling umum
ditemukan, keadaan terkait
kromosom X disebabkan oleh kekurangan faktor
koagulasi VIII. Defisiensi ini terjadi karena gen yang memproduksi FVIII
mengalami kerusakan (bermutasi).
Faktor VIII adalah
suatu glikoprotein yang dibentuk oleh sel sinusoidal hati. Produksi F VIII
dikode oleh gen yang terletak pada kromosom X. Di dalam sirkulasi F VIII akan
membentuk kompleks dengan faktor von Willebrand. Faktor von Willebrand adalah
protein dengan berat molekul besar yang dibentuk di sel endotel dan
megakariosit. Fungsinya sebagai protein pembawa F VIII dan melindunginya dari
degradasi proteolisis. Di samping itu faktor von Willebrand juga berperan pada
proses adhesi trombosit. Faktor VIII berfungsi pada jalur intrinsik sistem
koagulasi yaitu sebagai kofaktor untuk F IXa dalam proses aktivasi F X. Pada
orang normal aktivitas faktor VIII berkisar antara 50 – 150%.
2.
Hemofilia B
Hemofilia B adalah kekurangan
faktor IX. Faktor IX adalah faktor pembekuan yang dibentuk di hati dan
memerlukan vitamin K untuk proses pembuatannya. Jika tidak tersedia cukup vitamin K atau ada
antagonis vitamin K, maka yang terbentuk adalah protein yang mirip F IX tetapi
tidak dapat berfungsi. Gen yang mengatur sintesis F IX juga terletak pada
kromosom X. Faktor IX berfungsi pada jalur intrinsik system koagulasi yaitu
mengaktifkan faktor X menjadi Xa. Nilai rujukan aktivitas F IX berkisar antara
50 – 150%. Aktivitas F IX yang rendah bisa dijumpai pada hemofilia B,
defisiensi vitamin K, pemberian antikoagulan oral dan penyakit hati.
3.
Hemofilia C
Hemofilia C merupakan
tipe hemofilia paling kurang lazim dan dijumpai pada 2-3 % dari semua penderita
hemofilia. Hemofilia C terjadi karena adanya defisiensi atau gangguan fungsi faktor pembekuan darah XI.
Hemofilia C diturunkan secara autosomal resesif dapat terjadi pada laki-laki
maupun pada perempuan (http://ejournal.unud.ac.id). Prevalensi hemophilia C
adalah 1 kasus setiap 100 ribu populasi. Di United Kingdom, ada 383 pasien
hemofilia C dari 58 juta orang. Penderita terbanyak pada suku bangsa Ashkenazi
dan keturunan Yahudi Irak (Iraqi Jewish). Defisiensi faktor XI dapat (acquired)
dijumpai pada penderita systemic lupus
erythematosus dan penyakit imunologis lainnya (http://www.kabarindonesia.com).
Berdasarkan
tingkat keparahan penyakitnya, hemofilia digolongkan menjadi 3 tingkatan,
yaitu:
Tabel 2: klasifikasi
hemofilia
Klasifikasi
|
Kadar
faktor pembekuan darah
|
Berat
|
Kurang
dari 1% dari jumlah normalnya
|
Sedang
|
1% -
5% dari jumlah normalnya
|
ringan
|
5% -
30% dari jumlah normalnya
|
D. GEJALA
HEMOFILIA
Gejala-gejala dan tanda-tanda klinis hemofilia biasanya sangat
spesifik dan umumnya penderita hemofilia A, dan B sangat klinis sulit untuk
dibedakan.
1. Gejala-gejala klinis pada penderita hemofilia
biasanya mulai muncul pada masa balita, pada saat anak mulai pandai merangkak,
berdiri, dan berjalan. Dimana pada saat itu karena seringnya mengalami trauma
berupa tekanan maka hal ini merupakan pencetus terjadinya perdarahan jaringan
lunak (soft tissue) dari sendi lutut sehingga timbul pembengkakan sendi.
2. Perdarahan berulang ke dalam sendi menyebabkan
degenerasi kartilago artikularis disertai gejala-gejala arteritis.
3. Hemarthrosis, paling sering ditemukan dengan
lokasi : sendi lutut, siku, perdarahn kaki, bahu, pergelangan tangan dan
lainnya yang menimbulkan memar kebiruan.
4. Kecenderungan mudah terjadi perdarahan yang
ditandai : muntah, berak darah, nyeri perut, nyeri atau kaku sendi, mimisan,
sakit kepala, kaku leher, sering mengantuk, tachycardia (denyut jantung>100 kali
per menit), tachypnea (nafas cepat),
tekanan darah rendah, spesifik meningismus (gejala awal meningitis yang
disertai peradangan) dan nyeri kantung kemih.
5. Hematoma intramuskular terjadi pada otot-otot
fleksor bessar, khususnya pada otot betis, otot regio illeum,dan lengan bawah.
6. Perdarahan saluran
pencernaan dan saluran kemih
7. Adanya darah di dalam urin.
Ada beberapa perbedaan untuk gejala hemofilia
C, dimana gejala-gejalanya yaitu:
a. Luka
(memar) di tempat yang tak biasa.
b. Pucat (pallor), lelah
(fatigue), dan tachycardia (jantung berdetak >
100 x per menit) disertai perdarahan hebat (excessive bleeding).
c. Perdarahan paska operasi dan paska trauma
(luka).
d. Kadang
juga mengalami epistaksis (mimisan), hematuria (kencing bercampur darah).
e. Pada
wanita, menoragia (menstruasi memanjang).
f. Jarang
terjadi perdarahan spontan.
g. Perdarahan
paling umum terjadi setelah prosedur bedah (surgery) yang
melibatkan membran mukosa (mucosal membranes).
E. PENURUNAN
PENYAKIT
Penyakit
hemophilia diturunkan melalui
persilangan antara wanita carrier dengan
pria normal, dan wanita carrier dan
pria hemofilia. Hal ini terjadi karena faktor pembekuan darah diturunkan secara
genetik melalui kromosom wanita. Oleh karena itu hampir tidak pernah wanita
menderita penyakit hemofilia karena paling sedikit satu dari kedua kromosom
X-nya mempunyai gen-gen yang sempurna. Bila satu kromosom X-nya mengalami
defisiensi maka ia akan menjadi carrier
hemofilia, menurunkan penyakit pada separuh anak prianya dan menurunkan sifat carrier hemofilia kepada anak putrinya.
Sebagai
contoh persilangan antara wanita carrier
hemofilia dengan pria normal digambarkan sebagai berikut:
P ♀ ♂
XHXh X XHY
F XHXH,
XHY, XHXh, XhY
Persilangan
antara wanita carrier hemofilia dengan pria normal akan menghasilkan keturunan:
wanita normal (25%), pria normal (25%), wanita carrier hemofilia (25%) dan pria hemofilia (25%).
Selain
itu pada persilangan antara wanita carrier
hemofilia dengan pria hemofilia akan menghasilkan keturunan sebagai berikut:
P ♀ ♂
XHXh X XhY
F XHXh,
XHY, XhXh, XhY
Pada
persilangan antara wanita carrier
hemofilia dengan pria hemofilia akan menghasilkan keturunan: wanita carrier hemofilia (25%), pria normal
(25%), wanita hemofilia (25%), pria hemofilia (25%).
BAB
III
KESIMPULAN
Setiap
makhluk hidup memiliki materi genetik yang diturunkan dari orangtua. Pada
manusia terdapat kromosom yang berisi gen-gen. Gen-gen pada kromosom berisi
materi genetik yang membawa sifat fisik dari suatu individu. Hal inilah yang
membuat setiap individu yang masih memiliki hubungan keluarga memiliki sifat
fisik yang mirip.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar