Farmakologi
Apa itu farmakologi ?? secara singkatnya sih farmakologi tu ilmu
tentang obat ato kata lainnya yaitu ilmu yang mempelajari interaksi obat dengan
organisme hidup serta segala aspek interaksinya
Cabang-cabang ilmu farmakologi:
- farmakodinamika
yaitu ilmu yang mempelajari interaksi obat dengan reseptor (tempat aksi
obat) ato dengan kata lain mempelajari pengaruh obat terhadap organisme
hidup.
- farmakokinetika,,
nah kalo ini kebalikan dari farmakodinamik farmakokinetika ini ngebahas
nasib obat dalam tubuh.
- farmakologi molekuler: mempelajari ikatan dengan
reseptor pada tingkat molekuler (karena obat dapat menimbulkan efek jika
dia berikatan dengan reseptor)
- farmakoterapi
- farmakologi
klinik
- toksikologi:
mempelajari obat dari sisi beracun ato tidaknya
- farmako
epidemiologi
- farmako
genetic
- farmako
genomic
- farmakoekonomi:
mempelajari obat melalui pertimbangan antara keuntungan dan kerugian
farmakodinamika

Obat
Organisme hidup
Farmakokinetika
Farmakodinamika hubungannya dengan:
- pengaruh
obat terhadap organisme hidup ( contohnya efeknya)
- mempelajari tentang tempat dan mekanisme kerja serta
efek fisiologi dan biokimia obat pada organisme hidup.
Sedang farmakokinetika hubungannya dengan:
- pengaruh
organisme hidup terhadap obat (ato kata lainnya diapain sih si obat itu ma
tubuh kita??)
- penanganan
obat oleh organisme hidup
- studi tentang absorpsi, distribusi, metabolisme, dan
ekskresi (ADME)
ADME?????
Absorpsi
Distribusi
Metabolisme Disposisi ,, jadi kalo ada yang nyebut
disposisi berarti
Ekskresi hubungannya ma distribusi, metabolisme, dan
Ekskresi
NASIB OBAT DALAM TUBUH
Gambaran umumnya:


Bioavailabilitas Aksi obat
Efek
obat
Rute pemberian Reseptor Efek samping
Absorbsi -hubungan dosis respon Indeks terapi

Distribusi -antagonisme perubahan peri-
Difusi laku
Kelarutan lipid
Ionisasi
Ikatan depot
Metabolisme
Ekskresi
Penjelasannya:
Bioavailabilitas
(ketersediaan hayati) tu dipengaruhi oleh:
1. Cara/jalur pemberian
Kenapa??? Karena bagaimana dan dimana obat itu memasuki tubuh akan
menentukan seberapa banyak obat mencapai tempat aksinya dan ujung-ujungnya juga
menentukan besarnya efek.
Misalnya: cara pemberian per oral (melalui
mulut) itu jumlah obat yang mencapai tempat aksinya lebih sedikit daripada cara
penberian secara intravena. Mengapa??? Karena cara pemberian secara per oral
itu sebelum si obat itu mencapai tempat aksinya, obat masih mengalami berbagai
proses dulu seperti absorpsi,, sedangkan kalo secara intravena obat langsung
masuk ke pembuluh darah dan cepat menuju tempat aksi. Sehingga kesimpulannya
Bioavailabilitas obat lebih besar kalo diberikan secara intravena daripada
secara peroral.
Selain itu jalur pemberian obat juga mempengaruhi absorpsi obat
Yang mempengaruhi yaitu :
- luas
permukaan absorpsi, semakin luas permukaan absorpsi maka semakin cepat
obat itu diabsorpsi. Itulah mengapa obat dalam bentuk serbuk lebih cepat
berefek daripada bentuk tablet.
- Banyaknya membrane yang harus dilewati, semakin
banyak membrane yang dilewati maka semakin kecil bioavailabilitas obat.
- Banyaknya
obat yang terusakkan,, ngerti sendiri kan kalo semakin banyak oabat yang
terusakkan gimana hubungannya ma bioavailabilitas.
- jumlah
ikatan dengan depot,, Apa itu ??? kayaknya di bawah ada deh
Macam cara pemberian obat:
- Intravena (i.v)
- Intramuskular (i.m)
- Subkutan (s.c)
- intraperitoneal (i.p)
- inhalasi
- peroral (p.o)
ABSORPSI DAN DISTRIBUSI OBAT
Apa itu absorpsi??? Absorpsi adalah
penyerapan obat melintsi membrane memasuki aliran sistemik untuk menimbulakan
efek. Untuk memasuki alran sistemik(pembuluh darah) obat tu harus dapat
melewati membrane, nah kalo udah menebus membrane, baru obat itu bisa dialirkan
melalui darah menuju ke sasaran misal jantung, ginjal, ato yang laen. Maka dari
itu absorpsi merupakan faktor terpenting bagi obat untuk mencapai tempat
aksinya. Kalo obat menembus membrane berarti dia mengalami transport obat,, nah
gimana mekanisme transport obat itu???
MEKANISME TRANSPORT OBAT
- Difusi
pasif
Yaitu perpindahan obat atau
senyawa dari kompartemen ato tempat yang berkonsentrasi tinggi ke konsentrasi
renda, baik itu melalui lipid maupun saluran berair. Difusi pasif ini merupakan
mekanisme transport sebagian besar obat. Difusi pasif tu tergantung pada:
- ukuran
dan bentuk molekul obat, semakin kecil ukuran molekul obat makin mudah
dia melewati membrane
- kelarutan
obat dalam lemak
kenapa mempengaruhi?? Karena
membrane sel tersusun oleh molekul lipid (lemak) akibatnya obat yang dapat
larut dalam lipid akan berdifusi melalui membrane lebih mudah disbanding obat
yang larut dalam air, kelarutan obat dalam lipidditunjukkan dengan koefisien
partisi yaitu koefisien yang menunjukkan perbandingan kelarutan obat dalam
lipid dan air.
- Derajat
ionisasi
Kenapa derajat ionisasi
mempengaruhi difusi ato absorpsi?? Kayaknya ada di praktikum farfis 1 deh,,
tapi kira-kira begini,, obat tu biasanya bersifat asam lemah atau basa lemah,
nah obat itu baru bisa diabsorpsi kalo dia dalam keadaan tidak terionkan
(bentuk molekulnya). Obat yang bersifat asam lemah akan lebih terionisasi pada
suasana basa, sedang obat yang bersifat basa lemah akan terionisasi pada
suasana asam. Jadi kalo ada obat yang bersifat asam lemah trus di minum, nah sampe di lambung kira-kira
dia mengion ga?? Trus kira-kira dia diabsorpsi ga?? Hayo gimana??
Contoh obat dan sifat keasamannya:
Basa, makin atas makin basa asam
, makin bawah makin asam
- Diazepam - levodopa
- Klordiazepoksid - penisilin
- Trimetoprim -
Aspirin
- Morfin -
metotreksat
- Norepinefrin -
sulfametoksazol
- Dopamin -
klorotiazid
- Propanolol -
fenobarbital
- Amfetamin
-
Fenitoin
- Klorukuin - asam
askorbat
è
molekul
akan kurang bermuatan ( tidak terionkan) jika berada di pH yang sama (jadi asam
tida terionisasi pada pH asam tapi terionisasi pada pH basa) dan sebaliknya.
Kalo gitu kira-kira
aspirin tu diabsorpsi di usus ato dilambung???
Diketahui: aspirin sifatnya asam lemah, pH lambung 1-3, pH usus 6-7.
- Transport
aktif
Mekanisme
transport obat yang kedua adalah transport aktif. Transport aktif yaitu
perpindaha obat ato senyawa dari tempat yang berkonsentrasi rendah ke
konsentrasi tinggi (kebalikan dari difusi pasif tadi, kalo difusi pasif kan
dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah), karena melawan gradient
konsentrasi maka mekanisme ini membutuhkan energi dan protein pembawa.
- Ion
trapping
Artinya perangkap ion contohnya
aspirin, aspirin tu merupakan asam
lemah , karena asam lemah maka dia akan diabsorpsi di lambung yang bersuasana
asam (kenapa hayo??), sekali si aspirin ini terabsorpsi dan masuk ke darah, si
aspirin ini tidak akan bisa keluar lagi atau dengan kata lain si aspirin ii
terperangkap di darah. Kenapa ga bisa
keluar lagi??? Karena jika si aspirin ini sudah masuk ke darah maka dia akan
mengalami ionisasi sehingga dia tidak bisa kembali ke lambung lagi.
- Sawar
otak
Kalo obat itu bekerjanya di
otak, maka dia harus memenuhi beberapa syarat, karena yang namanya membrane
otak itu susah banget ditembus, Kenapa?? Karena kalo mudah ditembus maka banyak
bahan-bahan yang berbahaya masuk ke otak.
Syaratnya sbb:
- obat harus tetap tidak terionkan dalam pH
darah kalo tidak terionkan kan
mudah larut dalam membrane( sawar otak)
- Koefisien partisinya tinggi (larut dalam
lipid) karena membrane terdiri dari lipid maka kalo si .obat larut dalam lipid
maka dia akan mudah menembus membrane.
- Ato bisa juga minta bantuan suatu mekanisme
transport biar si obat ini bisa di angkut melewati sawar/membrane otak.
Contohnya : L-DOPA
- Ikatan
Depot
Yaitu ikatan obat dengan bagian
yang tidak aktif contohnya: protein darah, otot, lemak, ataupun liver. Ikatan
depot itu mempengaruhi bioavailabilitas obat karena semakin banyak obat yang
berikatan depot maka semakin sedikit obat yang dapat bekerja, sehingga akan menurunkan
efek,. Jadi konsentrasi obat dalam darah tergantung dari pelepasannya dari
depotnya
Obat terikat dan tidak terikat
berada dalam kesetimbangan dalam darah digambarkan sbb:

D+R DR
Metabolisme
Metabolisme yaitu suatu proses kimia dimana
suatu obat diubah di dalam tubuh menjadi metabolitnya, biasanya metabolitnya
ini bersifat polar sehingga dikeluarkan dari tubuh.
Hasil metabolisme bisa lebih atau kuarang
aktif, inaktif, atau tidak berubah dalam kaitannya dengan aktivitas tapi pada
umumnya menjadi bentuk yang kurang aktif. Selain itu metabolit juga dapat
mempengaruhi kecepatan obat lain di metabolisme (terjadi interaksi obat).
First Pass Metabolism
First pass metabolism yaitu
suatumetabolisme yang terjadi pada obat sebelum onat itu masuk ke dalam darah
(belum sampai sasaran udah di metabolisme), biasanya hal ini terjadi pada
pemberian per oral. Di dalam hati (liver) tu terdapatenzim khusus yaitu
sitokrom p 450 yang akan mengubah obat menjadi bentuk metabolitnya, metabolit
ini umumnya menjadi lebih polar atau lebih larut dalam air sehinggamudah di
ekskresikan lewat urin, keringat, de el el. First pass metabolism ini akan
mempengaruhi kadar obat dalam plasmadarah atau dengan kata lain obat-obat yang
mengalami first pass metabolism akan berkurang bioavailabilitasnya sehingga
efeknya juga berkurang.
Tipe metabolisme :
- Reaksi
fase I
Contoh : oksidasi, reduksi,
hidrolisis
Metabolitnya mungkin lebih
aktif daripada senyawa asalnya, umumnya tidak dieliminasi dari tubuh kecuali dengan
adanya metabolisme lebih lanjut.
- Reaksi
fase II
Contohnya konjugasi
Konjugasi yaitu penggabungan
suatu obat dengan molekul lain, metabolitnya umumnya lebih larut dalam air dan
mudah diekskresikan.
Eliminasi/ekskresi
Obat-obat yang sudah dimetabolisme tadi kan sifatnya polar, sehingga lebih mudah diekskresikan,
kalo obat tidak diekskresikan kan
bisa-bisa menumpuk dalam tubuhdan tubuh kita bisa keracunan. Organ-organ
ekskresi utama adalah ginjal yang mengeluarkan urin, namun ekskresi bisa juga
melalui paru-paru, keringat, air liur, dll.
Prinsip Kerja Obat
Apa itu kerja obat ??
Kerja obat yaitu
perubahan kondisi yang mengakibatkan timbulnya efek (respon). Efek obat yaitu
perubahan fungsi, struktur atau proses sebagai akibat kerja obat. Efek dibagi 2
yaitu efek utama (efek yang dikehendaki) dan efek samping (efek yang tidak
dikehendaki)
Contoh : CTM efek utamanya sebagai antialergi,
efek sampingnya bisa bikin ngantuk
Mekanisme Aksi Obat
Yaitu cara bagaimana
obat bekerja sehingga menimbulkan efek.
Mekanisme kerja obat
dibagi 2:
- Non spesifik
Yaitu
mekanisme kerja obat yang tidak diperantarai interaksi obat dengan reseptor,
atau hanya berdasarkan sifat kimia-fisika sederhana.
- Spesifik
Aksinya
diperantarai interaksi obat dengan target obat spesifik, contohnya:
reseptor,enzim, molekul pembawa, kanal ion.
Mekanisme Non-spesifik
Berdasakan sifat kimia
fisika sederhana
- sifat fisika
- Massa fisis
Contohnya
laktulosa akan mengadsorpsi air jika diberikan secara peroral sehingga
volumenya mengembang sehingga memacu peristaltik dan purgasi hal ini
dimanfaatkan sebagai pencahar
- Osmosis
Manitol
(pemanis) menyebabkan diuresis osmosis sehingga dapat melancarkan air seni.
- Adsorpsi
Kaolin
dan karbon aktif dapat mengadsorpsi racun sehingga dapat digunakan sebagai anti
diare
- sifat kimia
- Aktivitas asam-basa
Contohnya
antasida (MgOH2) bersifat basa sehingga dapat menetralkan asam lambung
- Pembentukan khelat
Contohnya
EDTA dapat membentuk kompleks kelat dengan logam-logam, sehingga logam-logam
tersebut dapat dikeluarkan dari tubuh, sehingga toksisitas menurun.
- Oksidasi-reduksi
Kalium
permanganat (konsentrasi rendah) punya aktivitas oksidasi etrhadap morfin,
akotinin, strichnin sehingga dapat mengurangi toksisitasnya.
Mekanisme Aksi
Spesifik
Kalo ada aksi spesifik
berarti ada terget yang spesifik dari obat
Target obat spesifik
antara lain:
- Enzim
- Kanal ion
- molekul pembawa
- Reseptor
Mari di bahas satu per
satu
a. Enzim
Obat yang bekerja pada enzim dibagi
menjadi 3 berdasar mekanisme aksinya yaitu:
- Inhibitor Kompetitif
Obat
ini kerjanya menghambat kerja enzim secara kompetitif,, jadi kerja si enzim di
hambat ma obat ini. Contohnya Neostigmin
dan organofosfat menghambat enzim
kolinesterase, Aspirin dan NSAID (Non Steroid Anti Inflamatory
Drugs) menghambat kerja enzim siklooksigenase
(COX) (kemaren keluar ujian)
- Substrat palsu
Obat
tu bisa menjadi substrat palsu bagi enzim. Jadi si obat ini ngebohongin si
enzim, si enzim menyangka kalo si obat ini adalah substratnya, sehingga obat
bisa berinteraksi dengan enzim. Contohnya Fluoro urasil dapat mengganti urasil
sebagai intermediet pada biosintesis purin sehingga dapat menghambat sintesis
DNA dan pembelahan sel kanker pun terhenti ( Fluoro urasil = obat antikanker)
b. Kanal ion
Kanal ion yaitu suatu saluran yang
menjadi tempat keluar masuknya ion melalui membran dan kanal ini bersifat
selektif terhadap ion tertentu misalnya Na+, CL-, K+,
Ca2+. Obat yang bekerja pada kanal ion dibagi menjadi 2:
- pengeblok kanal
Obat
ini mengeblok kanal secara fisik. Contohnya fenitoin mengeblok kanal natrium, akibat
kanal natrium di blok (ditutup) maka akan terjadi penurunan eksitabilitas sel
dan akan berefek sebagai antikejang. Jadi fenitoin
dapat digunakan sebagai obat anti kejang (antiepilepsi).
- Pembuka Kanal
Obat
ini memacu pembukaan kanal ion. Contohnya barbiturat dan benzodiazepin, dengan
adanya obat tersebut, kanal ion Cl- akan termodulasi/ terpacu untuk
membuka, jika kanal ion ini terbuka akan menurunkan eksitabilitas sel dan
menimbulkan efek sedatif (ngantuk). Barbiturat
dan benzodiazepin digunakan sebagai obat penenang.
c. Molekul pembawa
Molekul pembawa diperlukan jika ada
obat yang poar, obat yang polar akan susah menembus membran sehingga obat ini
perlu suatu pembawa agar dia bisa menembus membran. Protein pembawa ini
mempunyai sisi aktif yang spesifik. Contohnya hemikolinium yang dapat
menghambat pembawa kolin pada ujung saraf otonom.
d. Reseptor
Reseptor adalah suatu makromolekul
seluler yang secara spesifik dan langsung berikatan dengan aonis/ligan untuk
memicu signaling kimia antara dan dalam sel sehingga dapat menimbulkan efek.
Jadi reseptor punya bagian tertentu yang dapat diduduki oleh obat, jika bagian
ini diduduki obat maka si reseptor dapat memberi sinyal yang memacu terjadinya
efek.
OBAT-OBAT SISTEM SARAF
OTONOM
Saraf manusia di bagi
menjadi 2 yaitu:
- sistem saraf pusat yang ada di otak dan medula
spinalis
- sistem saraf tepi.
Sistem
saraf tepi di bagi menjadi dua yaitu:
a.
saraf somatis yang dipengaruh kesadaran
b.
saraf otonom yang tidak dipengaruhi kesadaran.
Saraf otonom ini
dibagi lagi menjadi 2:
- saraf simpatis
- saraf parasimpatis
Syaraf otonom
Fungsinya dia
bertanggung jawab terhadap pemeliharaan kondisi internal tubuh dan sistem
homeostatis
Contohnya pengaturan
pada sistem kardiovaskuler.
- Saraf simpatis
Sifatnya
sebagai katabolik (pembakaran energi), disebut juga sistem thoracolumbar karena
meninggalkan Sistem Saraf Pusat (SSP) melalui bagian torak dan saraf lumbar
pada kolom vertebral sistem saraf pusat, saraf simpatik ini mempunyai saraf
post ganglionik yang panjang sehingga aksinya lebih luas. Sebagian besar
postganglionik melepas neurotransmitter norefinefrin (NE) yang berinteraksi
dengan reseptor adrenergik.
- Saraf parasimpatis
Sifatnya
sebagai anabolik (penyimpanan energi). Disebut juga sistem kraniosakral karena
meninggalkan SSP melalui saraf cranial & sacral pada sumsum tulang
belakang, saraf post ganglioniknya pendek sehingga aksinya terlokalisasi. Saraf
ini melepas neuritransmitter asetilkolin yang berinteraksi dengan reseptor
muskarinik dan nikotinik.
Sel saraf otonom tu
bisa ngasih sinyal ke organ-organ sasarannya contohnya : kelenjar keringat,
otot polos jantung, dll. Nah bagaimana sinyal itu bisa nyampe ke organ sasaran
tadi??
Perlu diketahui bahwa
pada sel saraf otonom ini terdapat dua sistem sel saraf yaitu:
- Preganglionik neuron
Preganganglionik
neuron ini langsung berasal dari sistem saraf pusat dan preganglionnik neuron
ini membentuk ”sinaps” (sambungan saraf) dengan post ganglionik neuron. Sinaps
yaitu tempat dimana antara pregangkionik dan postganglionik neuron berhubungan,
dan tempat neurotransmitter dialirkan menuju postganglionik neuron.
Semua
sel saraf preganglionik melepaskan asetilkolin sabagai neurotransmitter, dan
asetilkolin ini akan berinteraksi dengan reseptor asetilkolin nikotinik dalam
postganglion.
- Post ganglionik neuron.
Fungsinya
yaitu mengalirkan sinyal menuju organ sasaran antara lain, sel kelenjar
adrenalin, sel otot polos jantung, kelenjar keringat, dll.
Jadi urutan sinyal tu
sampe ke organ sasaran adalah:

SSP
Preganglionik neuron asetilkolin postganglionik neuron.
Transmitter
Apa itu transmitter??
Transmitter yaitu suatu senyawa yang dihasilkan oleh ujung saraf untuk
memberikan sinyal menuju sel yang lainnya. Transmitter ini berada di ujung
saraf dan dilepaskan saat terjadi stimulasi saraf, jadi kalo ga ada stimulasi
saraf maka si transmitter ini disimpan di ujung sel saraf.
Pada sistem saraf
otonom ada 2 macam neurotransmitter
- Asetikolin
- Norefinefrin
a. Asetilkolin
Asetilkolin disintesis dari Asetil KoA
dan kolin yang dikatalisis oleh (Cholin
Asetil Transferase CAT), setelah
mengerjakan tugasnya, si asetilkolin ini di degradasi menjadi kolin dan asetat
oleh enzim asetilkolinesterase
(kolinesterase).
b. Norefinefrin
Norefinefrin ini disintesis melalui
jalur : Tirosin -> DOPA -> Dopamin -> Norefinefrin -> efinefrin.
Aksi norefinefrin ini
dapat dihentikan/ diinaktivasi olehg re-uptake menuju sel saraf otonom, ato
juga dapat dihentikan oleh enzim Cathecol-o-metiltransferase
(COMT) dan MonoAminOksidase (MAO).
Langkah yang menentukan pada pembentukan norefinefrin adalah pada perubahan
tirosin menjadi DOPA oleh enzim beta hidroksilase.
Tiap neuro transmitter
tu punya tempat kerja (reseptor)
Reseptor untuk
neurotransmitter asetilkolin ada 2 yaitu:
- Reseptor asetilkolin muskarinik, dibagi menjadi 5:
M1, M2, M3, M4, M5.
- Reseptor asetilkolin nikotinik.
Reseptor untuk
Norefinefrin (dinamakan reseptor adrenergik) di bagi menjadi 2 yaitu α dan β
Reseptor α terdiri
dari α1 dan α2 sedangkan reseptor β terdiri dari β1, β2, dan β3.
Nah sekarang dimanakah
letak reseptor-reseptor tersebut???
- reseptor asetlikolin
- Muskarinik
M1
: ada di cortex, hipocampus
M2:
ada di jantung dan SSP
M3:
ada di kelenjar eksokrin, sel cerna, otot polos bronkus.
M4:
di Neostriatum
M5:
di substansia nigra
- Nikotinik
Reseptor
nikotinik terdapat pada neuromuscular junction, ganglia otonom, dan pada medola
adrenal.
- Receptor Norefinefrin (adrenergik)
α1: di pembuluh darah kulit, dan sistem pencernaan
α2: ada di ujung saraf presinaptik
β1: ada di otot jantung fungsinya untuk meningkatkan
kekuatan dan frekuensi denyut jantung
β2: ada di bronkus, arteriol pada otot rangka, otot-otot
polosè mengakibatkan relaksasi
bronkus
β3: terdapat
pada jaringan adipose
OBAT-OBAT YANG BEKERJA
PADA SISTEM SARAF OTONOM
Obat itu bisa di
bedakan menjadi 2:
Agonis dan antagonis.
Kalo agonis itu kerjanya memacu, jadi kalo ada kata agonis kolinergik, artinya
obat yang memacu aksi kolinergik( saraf yang melepaskan asetilkolin sebagai
neurotransmitternya). Nah kalo antagonis dia menghambat kerja.
Berarti Obat-obat
dalam sistem saraf otonom tu bisa di bagi :
- Agonis Kolinergik
- Antagonis kolinergik
- agonis Adrenergik
- Antagonis Adrenergik
Mari kita bahas satu
per satu
1. Agonis Kolinergik
Agonis Kolinergik yaitu obat atau
senyawa yang memperkuat atau meningkatkan aktivitas saraf kolinergik (saraf
yang mengeluarkan neurotransmitter asetilkolin). Obat ini juga disebut
kolinomimetik karena kerjanya menyerupai asetilkolin. Nah obat agonis
kolinergik ini mempunyai dua mekanisme dalam kerjanya yaitu:
- Aksi secara langsung
- aksi secara tidak langsung
a. Aksi secara
langsung
Obat
yang beraksi secara langsung ini ada 2 golongan yaitu:
-
Golongan ester, pada obat golongan ester ini struktur
obatnya mirip dengan asetilkolin, artinya apa??? Artinya obat golongan ester
ini dapat dimetabolisme oleh enzim kolinesterase. Contohnya adalah : Betanekol, karbakol, metakolin.
-
Golongan alkaloid, golongan ini berasal dari tanaman,
karena dtrukturnya tidak mirip dengan asetilkolin maka golongan ini tidak dapat
dimetabolisme oleh enzim asetilkolin esterase. Contohnya adalah: Arekolin, Muskarin, pilokarpin.
b.
Aksi secara tidak langsung: Kolinesterase inhibitor.
Aksi Obat golongan ini dengan cara
menghambat kerja dari si enzim kolinesterase, jadi obat-obat ini berperan
sebagai inhibitor bagi enzim kolinesterase. Nah inhibitor ini ada dua macam:
yaitu inhibitor reversibel dan inhibitor irreversibel.
-
Inhibitor reversibel: kerjanya dia dengan menghambat
interaksi asetilkolin dengan enzim kolinesterase, kalo si asetilkolin ini
dihambat untuk berinteraksi dengan si enzim maka maka jumlah asetilkolin di
ujung saraf tu akan naik, karena si asetilkolin tidak terdegradasi. Contoh
obatnya adalah Edroponium, neostigmin,
dan piridostigmin. Digunakan salah satunya untuk Myastenia gravis yaitu penyakit imun yang terjadi karena kekurangan
jumlah reseptor asetilkolin pada otot, karena tidak ada (kekurangan
asetilkolin) maka sel otot tidak menerima stimulasi dari saraf sehingga sel
ototnya mengalami penurunan aktivitas/ otot menjadi lemah.
-
Inhibitor irreversibel: kerjanya dengan
memfosforilasi enzim kolinesterase sehingga enzim menjadi inaktif. Kalo enzim
ini inaktif maka secara otomatis asetilkolin tidak dapat di degradasi, sehingga
karena tidak dapat didegradasi maka jumlah asetilkolin dalam saraf menjadi
berlimpah. Contoh obatnya adalah Diisopropil-fluorofosfat,
isofluorofosfatdan malation, obat-obat ini sifatnya larut dalam lipid.
Namun obat-obat ini tidak digunakan untuk manusia karena sifatnya yang
irreversibel, obat-obat ini digunakan untuk insektisida. Jika asetilkolin
melimpah di saraf maka sel otot akan terus terstimulasi sehingga akan terjadi
kejang. Makanya kalo orang keracunan obat nyamuk dia akan kejang.
Bagaimana cara mangatasi keracunan organofosfat (insektisida) ??
keracunan organofosfatberarti dia kelebihan asetilkolin pada celah sinaps
(ujung saraf). Bagaimana cara mengatasinya???
Caranya yaitu dengan menghidrolisis komplek enzim
kolinesterase-inhibitor irreversibel (organofosfat) sehingga enzim akan
terlepas dari inhibitornya sehingga dia dapat bekerja kembali, kalo enzim
kolinesterase ini bekerja kembali maka kelebihan asetilkolin tadi dapat
dikurangi karena si asetilkolin sudah dapat dihidrolisis kembali. Dan kejang
pun akan hilang. Contoh : priladoksim
Selain itu cara mengatasi keracunan dapat dilakukan dengan memberikan
antagonis pada reseptor asetilkolin, kalo ada antagonis ini maka si asetilkolin
tu tidak dapat berikatan dengan reseptornya (efek asetilkolinnya berkurang)
sehingga walaupun jumlah asetilkolin itu berlimpah, kalo dia tidak bisa
berikatan dengan reseptornya ya gak masalah.
2.
Antagonis kolinergik
artinya obat atau senyawa yang dapat mengurangi efek asetilkolin atau
aktivitas saraf kolinergik. Obat jenis ini disebut juga kolinolitik karena aksinya
menghambat aktivitas asetilkolin. Obat yang bekerja sebagai antagonis
kolinergik dibagi 3:
- Antagonis muskarinik: kerjanya dia mengeblok
reseptor asetilkolin muskarinik, efeknya tergantung letak reseptornya.
Contohnya ipratropium bekerja pada
reseptor pada otot bronkus, sehingga kalo orang dikasih obat ini maka
akan terjadi bronkodolatasi (pelebaran pada otot bronkus)
- Ganglion bloker: mengeblok aksi asetilkolin pada
reseptor nikotinik di semua ganglia otonom, karena tidak selektif dan
bekerja di ganglia otonom maka obat jenis ini jarang digunakan karena
efeknya terlalu besar. Contohnya adalah heksametonium sebagai antihipertensi, tapi sekarang tidak
digunakan lagi.
- neuromuskular bloker: mengeblok interaksi
asetiolkolin pada reseptor nikotinik di sel otot (spesifik). Sehingga
kalo reseptor asetilkolin diblok maka kerja otot akan berkurang akibatnya
terjadi relaksasi otot. Contohnya suksinilkolin
yang berfungsi untuk melemaskan otot pernafasan sebelum pembedahan.
3. Agonis Adrenergik
artinya obat atau senyawa yang
mempunyai aksi menyerupai efrinefrin, yang fungsinya menstimulasi reseptor
adrenergik atau menstimulasi saraf adrenergik. Obat ini disebut juga adrenomimetik
atau simpatomimettk. Aksinya melibatkan dua tipe reseptor adrenergik yaitu alfa
dan beta. Jadi obat ini bisa bekerja di reseptor alafa dan beta. Jadi agonis
adrenergik itu adalah obat yang berinteraksi langsung pada reseptor adrenergik
atau mengaktivasi reseptor adrenergik. Contoh obatnya adalah Norefinefrin, efinefrin.
OBat yang bekerja pada
reseptor alfa 1 contohnya fenilefrin,
fenilefrin ini dapat menyebabkan vasokonstriksi sehingga berefek sebagai nasal
dekongestan.
Obat yang bekerja pada
reseptor alfa 2 adalah: Klonidin,
klonidin ini memblok pelepasan norefinefrin dari ujung sinaptik sehingga dapat
menurunkan tekanan darah.
Obat yang bekerja pada
reseptor beta 2 contohnya: Terbutalin
efeknya adalah bronkodilatasi
Nah kenapa kok
obat-obat tersebut mempunyai efek yang berbeda?? Karena obat tersebut bekerja
pada reseptor yang spesifik dan reseptor tyersebut mempunyai organ sasaran yang
berbeda pula sehingga efeknya juga ada di organ yang berbeda-beda.
4. Antagonis
Adrenergik
artinya obat-obat yang mengeblok
sistem saraf simpatik (adrenergik), disebut juga adrenolitik atau simpatolitik.
Mekanisme kerjanya
yaitu dengan:
- menurunkan rangsang simpatetik dari otak
- mengeblok reseptor adrenergik
- menurunkan pengeluaran norefinefrin
Antagonis adrenergik
dibagi menjadi:
1. Central bloker
central bloker ini juga disebut
sebagai pengeblok sistem saraf pusat yang menurunkan aktivitas sel saraf
simpatik. Mekanismenya dia menghambat rangsang simpatetik dari otak dan dan
menghambat pengeluaran norefinefrin dari ujung saraf simpatik. Biasanya
digunakan sebagai obat hipertensi
2. Alfa bloker
contoh nya pada antagonis pada
reseptor alfa 1 adalah prazosin dan
doksazosin sebagai antihipertensi. Obat tersebut mengurangi tonus pada
kontraksi sel otot pembuluh darah sehingga digunakan sebagai obat hipertensi.
Obat antagonis yang
bekerja pada reseptor alfa 2 adalah yohimbin digunakan untk mengatasi ganguan
ereksi pada pria
3. beta bloker
contohnya adalah alprenolol, propanolol yang efeknya mengurangi tonus pada kontraksi
jantung. Sehingga dapat digunakan sebagai antihipertensi.